Jayapura, Jubi – Sekolah sepak bola – SSB Batik dan Cigombong Putra atau Ciput berhasil menelurkan sejumlah pemain berbakat yang tersebar di berbagai level kompetisi hingga menembus tim nasional Indonesia.
SSB yang bermarkas di Lapangan Cigombong, Kotaraja Dalam, Kota Jayapura, Papua, itu terus melahirkan pesepakbola andal yang kini mentas di sejumlah kompetisi, termasuk terlibat dalam pertarungan sengit di kompetisi Liga 2.
Pada laga Persipura kontra saudara mudanya, Persewar Waropen, jebolan-jebolan SSB Batik – Ciput menghiasi dua kesebelasan tersebut.
Mereka bahkan menjadi motor serangan bagi kedua tim. Yang paling menonjol, Ramai Rumakiek, penyerang sayap Persipura yang belakangan ini sedang naik daun. Bahkan selalu masuk dalam radar tim nasional.
Selain Ramai, jebolan SSB Batik – Ciput yang kini memperkuat Persipura ada Elisa Basna, Samuel Gwijangge, Eljo Iba, Marcel Rumkabu, Wulf Horota, Wences dan Alezandro Soegianto.
Di kubu Persewar, juga ada David Kevin Rumakiek, Alex Dusay dan Josua Isir yang menjadi pilihan utama di skuad asuhan Eduard Ivakdalam.
“Tentu senang dan bangga. Mereka (anak-anak) bisa berkembang di tim masing-masing. Proses memang tidak pernah mengkhianati hasil,” kata pelatih senior SSB Batik – Ciput, Thomas Alfa Edison Madjar kepada awak media Jubi, Selasa (5/12/2023).
Beberapa jebolan SSB Batik – Ciput juga menjadi punggawa di klub Liga 2 lainnya, seperti Yeter Amohoso di Persipal Palu, dan Fredy Isir di Persiba Balikpapan.
SSB Batik-Ciput juga turut berkontribusi menyalurkan pemain muda mereka ke tim sepak bola PON Papua, dan klub-klub Liga 3.
Tak hanya itu, di level timnas Indonesia, juga ada nama Reno Salampessy yang sempat masuk TC menjelang Piala Dunia U-17. Di level putri, ada nama Liza Armanita Madjar dan Marsela Awi yang menjadi punggawa timnas putri.
Perjalanan SSB Batik – Ciput di pembinaan sepak bola usia dini di Papua, khususnya Kota Jayapura sudah cukup panjang. Hingga kini, SSB tersebut terus berkembang pesat dan turut berkontribusi pada ekosistem sepak bola Papua hingga Indonesia.
“Batik sejak tahun 2007 mulai pembinaan, tapi mulai muncul atau terdengar tahun 2011. Sejak saat itu mulai dengan pembinaan yang rutin di kategori usia. Berkelanjutan terus karena berbarengan dengan PS Ciput. Jadi pemain yang masuk kategori senior U-18 ke atas kita geser ke PS Ciput. Karena satu atap hanya beda kamar,” ujar Thomas Madjar melanjutkan penjelasan sang istri yang juga mantan pesepakbola putri Indonesia, Touskha Oktafia Stevelien Iba.
Ia menyebut, SSB Batik – Ciput bisa terus melahirkan pemain-pemain berbakat karena melakukan pembinaan yang digarap secara serius.
“Proses pembinaan di SSB Batik masih berjalam sampai dengan sekarang. Resepnya itu, bina anak-anak dengan hati dan serius juga banyak berdoa,” katanya. (*)