Jayapura, Jubi – Tim terbang layang Papua masih kesulitan mencari tempat berlatih setelah perhelatan Pekan Olahraga Nasional (PON) XX di Papua tahun 2021 lalu. Usai iven olahraga empat tahunan itu, terbang layang Papua tak pernah berlatih lagi di Venue Timika.
Alasannya, venue yang dibangun di kawasan Bandar Udara Mozes Kilangin itu dianggap tak ideal dijadikan sebagai tempat pertandingan maupun tempat untuk berlatih, karena risiko besar yang berpotensi mengganggu lalu lintas udara.
Akibat itu, Ketua Harian cabang olahraga terbang layang Papua, Paul Mnusefer mengatakan pihaknya lantas memindahkan peralatan kembali ke Yogyakarta setelah PON XX berakhir.
Ia membeberkan, para atletnya memang sudah terbiasa berlatih di Pulau Jawa karena banyak tempat yang leluasa untuk digunakan sebagai sarana berlatih.
“Peralatan yang di Timika itu tidak bisa kita pakai di sana, karena mereka bangun venue itu kan di kawasan Bandara, tidak mungkin kita pakai. Kan di situ padat sekali lalu lintas udaranya. Sehingga peralatannya kami bawa ke Yogyakarta lagi, kita cari tempat kosong untuk berlatih di sana,” kata Paul dihubungi awak media Jubi, Selasa (11/4/2023).
“Kalau waktu itu venuenya dibangun di luar kawasan bandara ada harapan besar kami bisa berlatih dan bermarkas di sana. Kalau di kawasan bandara kan sangat mengganggu lalu lintas udara,” sambungnya.
Walaupun terbang layang Papua berhasil menjadi juara umum pada PON XX tahun 2021 lalu, namun ia mengakui jika para atlet terbang layang mengalami kesulitan dan kewalahan saat bertanding di Timika.
Faktor cuaca dan jam terbang yang harus menyesuaikan dengan lalu lintas udara menjadi penyebabnya.
“Waktu PON XX lalu itu saja kita bertandingnya pagi hari, itu dalam sejarah baru terjadi, biasanya kan kita bertanding siang hari dan pas cuacanya juga lagi bagus. Harusnya kita bertanding itu di cuaca yang bagus supaya cerah dan bisa terbang lama,” ungkapnya.
“Di PON XX lalu tidak ada satu pun penerbang yang terbang lebih dari setengah jam. Karena terbang pagi, padahal kalau di tempat yang panas dan cuacanya bagus itu ada yang bisa terbang sampai lima jam,” .
Pada PON XX lalu, pertandingan cabor terbang layang pun terpaksa menggunakan dua tempat. Para atlet memulai start dari Landasan Bandara Mozes Kilangin dan finis di Venue Lanud TNI AU Yohanis Kapiyau yang letaknya berdekatan dengan bandara. (*)