Jayapura, Jubi – Suara nyaring dan lantang Joice Sorongan terdengar dari area 12 pas dalam pemusatan latihan Persipura Jayapura di Lapangan Pemanasan Kawasan Stadion Lukas Enembe, Kampung Harapan, Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua.
Joice Sorongan, pelatih kiper Persipura tampak serius memotivasi anak asuhnya. Meski baru saja bergabung dalam sesi latihan, Joice Sorongan tak kelihatan lelah memberikan asupan program latihan bagi empat penjaga gawang Persipura.
Joice Sorongan telat bergabung beberapa hari karena sedang dalam suasana duka. Ibunya baru saja meninggal dunia di kampung halamannya.
Joice Sorongan, Pelatih kiper Persipura asal Manado, Sulawesi Utara itu datang ke Papua dengan segenap hati. Ia memutuskan kembali ke Tanah Papua walau tahu tugas yang akan ia emban terbilang berat.
Nama besar Persipura yang kini terpuruk di kompetisi Liga 2 membuatnya tak mau asal-asalan melatih. Seluruh pengalaman dan ilmunya ia benar-benar curahkan dalam sesi latihan. Tak heran dia terus meneriaki empat penjaga gawang Persipura.
“Saya tertarik bergabung dengan Persipura karena satu, Persipura itu punya nama besar dan saya juga sudah pernah sering ke sini. Pengennya Persipura bukan ada di sini kelasnya bukan di sini jadi aku datang untuk targetnya kita harus naik liga 1,” kata Joice usai latihan, Kamis (7/7/22).
“Saya datang ke sini untuk membantu pelatih kepala harus kerja keras untuk target kita naik ke Liga 1. Karena saya datang ke sini memang bukan cuma untuk datang begitu saja. Saya pertaruhkan nama besar saya juga, jadi saya tidak mau kiper-kiper saya biasa-biasa saja, makanya saya melatih bukan cuma duduk-duduk, tapi saya selalu aktif, tidak mau santai-santai,” sambungnya.
Bergabung di Persipura menjadi kesempatan ketiga Joice Sorongan memperkuat tim sepak bola asal Papua.
Sebelumnya, saat menjadi pemain, ia pernah berkostum Persidafon Dafonsoro di Liga Indonesia musim 2008 dan Persiram Raja Ampat di musim 2009-2010.
Pria kelahiran Parigi, Sulawesi Tengah, 46 tahun lalu itu punya segudang pengalaman. Tercatat ia sudah berkostum sembilan klub berbeda sepanjang kariernya, di antaranya Persma Manado, Persita Tangerang, PSS Sleman, PSMS Medan, Persidafon, Persikab Bandung, Persiram, dan terakhir, ia menjadi pemain dan pelatih kiper di klub Mitra Kukar.
“Saya senang balik lagi ke sini karena nama Persipura yang utama. Tadinya saya nggak mau jauh-jauh, cuma pas Persipura tawarin itu saya mau. Saya nggak mau cuma asal nempel saja di sini,” tuturnya.
Ingin Orbitkan Kiper Asli Papua
Joice punya keinginan yang kuat untuk mengorbitkan kiper asli Papua di Persipura. Menurutnya, sebagai klub besar di Indonesia, Persipura sudah harus punya pemain yang potensial juga di bawah mistar gawang.
“Saya mau harus ada proyeksi kiper lokal hebat di sini, jadi kiper Papua harus bagus. Jangan hanya pemainnya saja yang bagus-bagus, tapi kiper lokal Papua juga harus bagus. Mereka punya potensi besar,” ujar Joice.
Niatannya itu juga sudah ia utarakan ke manajer klub, Yan Mandenas. Ia bilang dengan bergabung ke Persipura ia mau melahirkan kiper-kiper lokal yang bagus.
“Sebelum saya ke sini, saya bilang ke manajer harus ada kiper lokal yang bagus, jadi saya pengen dari sini harus ada kiper Papua yang muncul. Karena selama ini tuh jarang ada muncul kiper lokal asli Papua karena mungkin kesempatan mereka di kasih tidak ada, itu salah satu motivasi saya datang ke sini,” ungkapnya.
Pelatih yang sempat menjadi mentor bagi mantan kiper Persipura, Gerri Mandagi, itu juga sempat terkejut dengan terdegradasinya Persipura dari Liga 1. Namun ia menilai, Persipura terdegradasi bukan karena permainan tapi dampak dari sanksi WO melawan Madura United.
“Bukan cuma saya, tapi seluruh Indonesia kaget. Tapi Persipura kan bukan jatuh karena permainan. Terbukti sampai pertandingan akhir mereka bermain sangat bagus dan unggul permainan. Menurut saya itu karena sanksi, kalau secara permainan mereka luar biasa,” pungkasnya. (*)
Discussion about this post