Jayapura, Jubi- Gelandang serang dari tim berjuluk The Matildas, timnas perempuan Australia, Mary Boio Fowler meri blong Kirakira Village (nona dari kampung Kira Kira Port Moresby) baru saja membawa Australia lolos ke babak semi final.
Dalam siaran langsung live streaming dari FIFA.com dari Brisbane, Sabtu (12/8/2023) tim Australia berhasil mengalahkan tim Prancis lewat adu pinalti dengan skor 7-6 dalam babak perempat final Piala Dunia perempuan FIFA 2023 di Australia dan Selandia Baru.
Mary Fowler yang bermain sebagai gelandang serang, malam itu tampil sangat piawai, bahkan mendapat peluang emas di depan gawang Prancis. Sayangnya tendangan meri blong PNG ini mampu ditepis bek Prancis hingga skor tetap 0-0.
Pertandingan berlanjut hingga berakhir dengan tendangan finalti. Mary Fowler menjadi algojo ketiga mampu mengecoh penjaga gawang Prancis dan gol. Australia menang 7-6 atas tim asal Perancis. Tim perempuan Australia akan melawan tim Inggris dalam babak semifinal pada 16 Agustus 2023. Tim juara perempuan Juara Eropah Inggris berhasil mengalahkan Timnas perempuan Kolombia dengan skor tipis 2-1 pada Sabtu (12/8/2023) di Sydney.
Warga PNG bangga
Mary Fowler menjadi kebanggaan masyarakat PNG dikutip dari PNG Daily berjudul “Girl from our tribe“. Dalam kebudayaan Melanesia, jelas peran paman sangat penting, tak heran kalau saudara laki-laki dari ibu Mary Fowler , Rabura Geita dari Kampung Kirakira dekat Port Moresby menghiasi kampung jalan jalan dengan warna hijau kuning. Tak lupa pula paman Mary Fowler juga memajang foto Mary sambil memegang bola.
Di Kampung Kirakira, ratusan orang berkerumun di sekitar televisi kecil untuk menonton kemenangan 1-0 Matilda atas Irlandia.
Banyak dari mereka mengenakan kaus atau topi dengan no.11-nya nomor punggung Mary Fowler di Timnas Australia.
Baju itu dicetak oleh anak laki-laki dan laki-laki dari kampung di dua rumah terpisah. Sementara para perempuan berkumpul dan memasak.
Sebuah spanduk besar tersampir di salah satu jalan kampung bertuliskan: “Kampung Kira Kira, rumah Koita Maiyago” dalam bahasa Motu, yang berarti “gadis dari suku kami” – dan nama lengkapnya, Mary Boio Fowler.
Mary adalah nama ibu Kevin, suami dari Nido sedangkan; Boio adalah nama ibu Nido, dan pengenal langsung untuk penduduk lokal yang tidak mengetahui hubungan PNG-nya.
Mary Fowler, memang belum pernah ke Kira Kira sejak dia masih kecil, bertekad untuk membalas cintanya suatu hari nanti – idealnya dengan mengadakan serangkaian klinik sepak bola di PNG.
Memang wajar warga Kira-kira boleh bangga karena ibunya Mary Boio Fowler berasal dari kampung tersebut, Nido Geita. Bahkan nama kedua dari Mary Fowler yaitu Boio berasal dari nama neneknya dari Kampung Kirakira.
Dari situlah ibu Fowler, Nido Geita, berasal, dan di mana dia bertemu calon suaminya, Kevin orang Irlandia.
Keluarga tersebut mempertimbangkan untuk tinggal secara permanen di PNG pada satu tahap tetapi memilih untuk pindah ke Cairns Australia. Kepindahan ini, terutama untuk memberikan kesempatan pendidikan yang lebih baik bagi anak-anak mereka – dan di sanalah Mary lahir pada Hari Valentine tahun 2003.
Dia adalah anak tertua kedua dari lima anak penggila sepak bola yang dibesarkan di Australia, tetapi memiliki hubungan yang dalam dan kuat dengan kedua sisi warisan mereka.
Fowler, yang memainkan sepak bola klubnya untuk Manchester City, mungkin tidak mengenakan warna PNG, tetapi negara ini masih menarik kebanggaan dan inspirasi yang luar biasa dari kebangkitannya ke panggung dunia.
Tampilnya Mary Baio Fowler di sepak bola perempuan Australia membuat demam sepak bola melanda PNG. Menurut paman Mary Fowler, bernama Rabura Geita, sebenarnya minat olahraga di Kampung Kirakira itu bermain volley dan kriket serta rughby. Tetapi Mary Fowler membuat anak anak laki-laki dan perempuan memaksa orang tua mereka untuk membeli bola kaki.(*)