Jayapura, Jubi – Presiden Perhimpunan Mahasiswa Papua di Jerman, Reza Dani Rumbiak menyatakan mahasiswa Papua di Jerman terbiasa kuliah sambil bekerja. Menurut Rumbiak selain kebutuhan finansial untuk biaya hidup tetapi juga untuk mencari pengalaman.
“[Mahasiswa Papua di Jerman] bekerja paruh waktu sambil kuliah,” kata Rumbiak kepada Jubi melalui layanan pesan WhatsApp, pada Sabtu (1/7/2023).
Rumbiak menyatakan berdasarkan sensus 2022 ada 50 mahasiswa Papua yang studi di Jerman. Rumbiak menyatakan puluhan mahasiswa itu tersebar di jurusan Arsitek, Biotechnology, Teknik Sipil, Teknik Industri, Teknik Energi Terbarukan, Teknik Perminyakan.
Ada juga yang mengambil jurusan Teknik Pertambangan, Psikologi, Manajemen Pariwisata, Sistem Tenaga Listrik, Manajemen Kesehatan, Psikologi Business Lintas Budaya, Keperawatan, Logistik, Teknik Laser, Teknik Mesin, Software Engineering, Business Administration, dan studi ASEAN.
Rumbiak menyatakan dari 50 mahasiswa itu diantaranya 15 mahasiswa mendapatkan beasiswa dari Pemerintah Provinsi Papua Barat, 2 mahasiswa mendapatkan beasiswa Pemerintah Provinsi Papua. Sedangkan sisanya 33 mahasiswa Papua studi dengan biaya sendiri atau mandiri.
“Untuk dari Papua Barat mereka sudah terima mereka punya uang beasiswa dari akhir Mei 2023. Selama ini dari Papua Barat selalu lancar [sedangkan beasiswa] yang dari Pemprov Papua yang sampai saat ini belum dikirim tapi adik ini bisa bertahan karena mereka kerja paruh waktu,” ujarnya.
Rumbiak menyatakan mahasiswa Papua maupun mahasiswa asing lainnya di Jerman kalau bekerja sebagai working student disesuaikan dengan bidang studinya. Rumbiak menyatakan mahasiswa dapat bekerja paruh waktu yakni delapan jam sehari atau 40 jam seminggu.
“Mahasiswa asing diperbolehkan untuk kerja tapi terbatas waktunya. Mayoritas mahasiswa Papua di Jerman itu bekerja sambil kuliah itu hal yang lumrah di Jerman,” katanya.
Rumbiak menyatakan mahasiswa Papua memilih bekerja alasannya selain finansial untuk menambah kebutuhan biaya hidup serta sebagai pengalaman sebelum terjun ke dunia kerja. Selain itu mahasiswa Papua memilih bekerja untuk mengantisipasi apabila beasiswa terlambat/macet/putus.
“Kami mahasiswa Papua di Jerman memang diarahkan agar penerima beasiswa juga bekerja. Intinya itu cara untuk kita tumbuh dan berkembang di luar dunia akademis,” katanya.
Rumbiak menyatakan di Jerman biaya kuliah gratis karena disubsidi negara. Mahasiswa hanya membayar uang semester sebesar 300€ atau kurang lebih Rp4,9 juta per semester yang diperuntukkan untuk penggunaan transportasi publik. Rumbiak menyatakan untuk biaya hidup mahasiswa bervariasi tetapi peraturan resmi dari Pemerintah Federal Jerman rata-rata 934€ per bulan atau 11.208€ per tahun.
“Intinya kondisi Mahasiswa Papua di Jerman semuanya dalam keadaan baik. Kami disini bisa kerja part time sebagai mahasiswa jadi semuanya dalam keadaan baik dan aman karena itu cukup untuk biaya hidup dan studi disini. Kami juga saling terhubung dan baku bantu satu sama lain,” ujarnya.
(*)