Jakarta, Jubi – Batik tulis Papua hasil kreasi kelompok Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) asal Manokwari, Papua Barat menarik perhatian dan minat para pengunjung pameran Karya Kreatif Indonesia (KKI) yang digelar di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan, Jakarta, 26 hingga 29 Mei. Para pengunjung pameran KKI sangat antusias terhadap produk Batik Tulis Papua.
“Banyak sekali peminat batik Papua, penjualannya pun lumayan banyak. Kami tentu senang dan bangga karena bisa memperkenalkan batik Papua ke berbagai wilayah lain di Indonesia,” kata pemilik sekaligus desainer Batik tulis Papua, Desriani, dikutip Antara, Sabtu (28/5/2022).
Selama pameran KKI di JCC Senayan Jakarta itu, UMKM Batik Tulis Papua menampilkan berbagai jenis produk atau karya unggulan mereka mulai dari batik printing, batik tenun dan batik tulis.
Bahkan sejak KKI 2017 yang digelar oleh Bank Indonesia, Batik tulis Papua sudah menjadi produk unggulan dari Papua Barat yang ditampilkan dalam ajang tersebut.
Sejumlah hasil kerajinan tangan asal Papua Barat yang dipamerkan di KKI JCC Senayan Jakarta di antaranya batik tulis, batik tenun dan batik printing memiliki pangsa pasar masing-masing.
Batik tulis dan batik tenun dijual dengan harga cukup mahal lantaran proses pembuatannya membutuhkan waktu lama serta bertahan dalam waktu cukup panjang. Sementara batik printing harganya lebih terjangkau oleh semua kalangan.
“Alternatif dari batik tulis, ada batik printing yang harganya sangat terjangkau,” kata Desriani menjelaskan.
Menurut dia, harga batik printing dipatok Rp70 ribu hingga Rp80 ribu per meter, batik tenun per potongnya dibandrol Rp450 ribu, dan batik tulis Papua per potong mencapai Rp1,2 juta hingga Rp1,5 juta. Adapun batik tulis Papua dari bahan sutera harga per potong hingga Rp2,5 juta.
Produksi ketiga produk tersebut seluruhnya dilakukan di Manokwari, dengan memberdayakan tenaga kerja lokal di wilayah tersebut.
“Sekarang produksinya mulai dari membatik hingga selesai sudah dilakukan di Manokwari. Tetapi jika permintaan banyak, saya menggunakan jasa pembatik dari luar Papua,” katanya.
Dari usahanya tersebut, Desriani mengaku mampu meraup omzet Rp150 juta hingga Rp250 juta setiap bulan. (*)