Enarotali, Jubi – Tenaga yang membangun gedung gereja Katolik St. Yosep Enarotali, Paniai tidak seperti biasanya. Di Papua pada umumnya dijumpai tukang bangunan sebuah gedung gereja kebanyakan non orang asli Papua (OAP), namun berbeda dengan gereja Katolik yang berlokasi di Iyaitaka, Enarotali ini.
Hampir 63 tenaga semuanya OAP bahkan umat di gereja tersebut. Hal itu dikatakan Tony M. Hutapea sebagai owner projek manager, arsitek dan pengawas pembangunan gedung tersebut.
Ketika wartawan Jubi mewawancarai, Tony mengatakan, dari sisi tenaga fisik jauh berbeda dengan orang yang dirinya jumpai di luar sana. Walaupun mereka memiliki tenaga kuat, ia ajari dari tiga segi dasar dalam tiga divisi yakni batu, besi dan kayu. Menurutnya, akan ada divisi mechanical electrical plumbing, interior – furnishing, dan landscape hingga proses pembangunan.
“Saya belum pernah menemukan tenaga seperti ini di mana-mana saya kerja. Memang mereka punya tenaga segi fisik, mereka kerja ekstra. Sampai kami istirahat atau pulang mereka tidak kelihatan lelah. Soal itu memang tidak diragukan, tinggal pengarahan saja,” kata Tony M. Hutapea, Senin, (17/4/2023).
Ia mengatakan, untuk menjaga kekompakan sebelum kerja dimulai dengan apel untuk pengarahan kepada kru dan berdoa. Kepala divisi kerja pihaknya telah membagikan helm hijau sedangkan anggotanya warna kuning untuk mengetahui dalam proses kerja tetap terarah.
“Kami melatih mereka untuk mengetahui komposisi k 300 seperti apa, k 150 seperti apa, k 200 seperti apa menggunakan molen. Sekarang sudah satu bulan, sampai titik ini mereka sudah menguasai ya seperti ukuran cakar ayam. Menggunakan dua molen untuk mengerjakan satu titik,” kata Tony.
Tony mengaku, hingga akhir penyelesaian pembangunan gedung gereja tersebut bakal mendampingi agar kelak mereka bisa difungsikan dalam pembangunan daerah ke depan.
“Setelah lebaran, baja akan tiba di Nabire. Saat pemasangan baja di sini kami akan kolaborasikan dengan beberapa tenaga pasang baja yang akan datang dengan tenaga tukang di sini. Itu supaya mereka di sini juga bisa paham,” ujarnya.
“Sampai selesai kami akan dampingi, tidak mendatangkan tenaga dari luar. Kami akan berkordinasi dengan beberapa pihak untuk mengembangkan kemampuan mereka ini,” katanya.
Engelberth Tekege, salah satu kepala tukang pada divisi batu mengaku pihaknya terharu karena tempat pembangunan gedung gereja bisa dijadikan sebagai balai latihan kerja (BLK).
Ia sangat mengapresiasi manajer proyek dan ketua panitia yang memberikan kepercayaan penuh kepada pihaknya.
“Kami apresiasi karena tempat kerja ini difungsikan sebagai balai latihan kerja, ini yang kami sangat apresiasi karena kami semua ini tukang-tukang lokal. Terharu dengan proses pembangunan gedung gereja itu, karena perekrutan tenaga kerja dari kalangan orang muda Katolik, komunitas basis dan stasi di paroki ini,” ungkap Tekege.
Ketua panitia pembangunan gedung gereja Katolik Paroki St. Yosep Enarotali, Yonatan Amoye Mote mengatakan, pihaknya melengkapi tenaga kerja dengan BPJS ketenagakerjaan, diharapkan kedepan tenaga-tenaga yang disiapkan bisa menjadi pilihan dalam proses pembangunan di provinsi Papua Tengah.
“Kedepan kami akan upayakan mereka bisa sertifikasi dari Kementrian Ketenagakerjaan. Ini mereka sudah jadi tenaga profesional, dari tidak tahu sampai mahir-mahir. Dari penilaian arsitek mereka sudah bisa,” kata Mote. (*)