Enarotali, Jubi – Pengurus Pemuda Katolik Pusat Onesimus O. Madai dan Koordinator wilayah Meepago, Tino Mote melakukan gebrakan baru agar organisasi kemasyarakatan bertaraf nasional yang dideklarasikan pada tanggal 15 Nopember 1945 ini harus menjalankan tugas dan fungsinya.
Gebrakan ini dilakukan karena sejak Paniai menjadi salah satu kabupaten pemekaran dari Nabire, Papua, tidak mempunyai pengurus Pemuda Katolik (PK).
Untuk itu, Kamis, (6/10/2022) pihaknya menyelenggarakan konsolidasi dan sosialisasi mengenai pandangan umum, sejarah dan cikal bakal serta membentuk panitia musyawarah cabang (muscab) dan masa penerimaan anggota baru (mapenta).
Kegiatan tersebut dilaksanakan di SKB YPPK Enarotali dihadiri perwakilan pemuda Katolik dari delapan Paroki di Dekenat Paniai, Keuskupan Timika, Papua.
“Kita berharap, Pemuda Katolik Komcab Paniai menjadi wajah gereja di daerah ini. Artinya, mampu bersinergi dengan ormas keagaaman lainnya serta menjalin hubungan yang baik dengan Pemerintah setempat,” kata kordinator Pemuda Katolik wilayah Meepago, Tino Mote.
Menurut dia, usai sosialisasi pihaknya telah membentuk panitia Muscab dan Mapenta yang diketuai oleh Agustinus Kadepa yang saat ini menjabat sebagai caretaker PK Komcab Paniai.
“Sebenarnya Muscab sudah dilaksanakan, hanya caretaker PK Paniai sedikit sibuk, sehingga kami angkat dia untuk sukseskan musyawarah. Saya harap segera dilaksanakan agar dengan adanya pengurus bisa jalankan program kerja,” katanya.
Pengurus PK pusat, Onesimus O. Madai mengatakan, kegiatan yang digelar pihaknya telah menjadi momentum yang luar biasa untuk berproses bagi Pemuda Katolik untuk melakukan perubahan untuk diri sendiri, masyarakat, agama dan daerah.
Pemuda Katolik terstruktur dari pusat sampai ke tingkat daerah dengan tingkatan organisasi yakni : Pengurus Pusat (PP) Berada di Pusat Ibu Kota Negara, Pengurus Daerah (Komda-Komisariat Daerah) berada di Ibu Kota Provinsi, Pengurus Kabupaten/Kota (Komcab) berada di pusat kabupaten/Kota, Pengurus Anak Cabang berada pada tingkatan Distrik dan Ranting berada pada kampung (tingkatan stasi).
“Pemuda Katolik adalah organisasi mandiri dan tidak berafiliasi dengan organisasi apapun. Keanggotaan Pemuda Katolik dapat disebut sebagai anggota resmi ketika mengikuti dan memiliki sertifikat kegiatan masa penerimaan anggota (Mapenta). Untuk jenjang yang lebih baik pemuda katolik juga disiapkan dengan kurikulum pendidikan dasar (KKD), kurikulum pendidikan menengah (KKM) dan kurikulum pendidikan lanjut (KKL),” ujarnya.
Pemuda Katolik lanjut dia, merupakan organisasi kader yang handal bagi kaum muda Katolik dalam berkiprah untuk gereja dan tanah air. Karena itu, dengan akan dilaksanakannya muscab dan mapenta diharapkan bisa mencetak kader-kader muda Katolik yang berjiwa Kristiani dan memiliki semangat untuk daerah. (*)