Sentani, Jubi – Mudik lebaran tak hanya membawa berkah bagi pemudik yang akan berangkat menggunakan jasa penerbangan udara dan bertemu keluarganya, tapi juga jadi berkah bagi mereka yang bekerja sebagai porter di Bandar Udara Sentani, Papua.
Jasa Porter Bandara sangat diperlukan oleh pemudik yang membawa banyak barang. Namun, tidak semua penumpang menggunakan jasa mereka. Kondisi itu membuat pendapatan seorang Porter Bandara tidak menentu, walau dalam kondisi ramai sekalipun, seperti saat mudik lebaran. Hal ini diakui Yance Wally (35), salah satu porter yang ditemui Jubi di Bandara Sentani, Papua, Sabtu (6/4/2024).
Yance mengatakan pendapatannya sebagai porter bandara menjelang mudik lebaran tidak meningkat secara signifikan, hanya sekitar 50 persen saja. Dalam sehari, rata-rata penghasilannya sekitar Rp250 ribu sampai Rp300 ribu.
“Jika beruntung kami bisa bawa pulang uang Rp400 ribu. Kalau menjelang mudik lebaran kami bisa dapat sampai Rp500 ribu,” ujarnya.
Menurutnya, penghasilan porter bandara juga bervariasi. Belum tentu pendapatan porter yang satu sama dengan porter lainnya. Karena memang tidak semua penumpang menggunakan jasa porter. Bahkan tarif jasa porter juga tidak ditentukan, biasanya tergantung kesepakatan dan keikhlasan penumpang.
“Biasanya kita mematok tarif untuk satu item sebesar Rp10 ribu. Tapi kadang-kadang akhirnya tergantung penumpang kalau barang yang dibawa dalam jumlah banyak, bisa sampai Rp50 ribu sekali antar,” kata Yance.
Menurut Yance, intensitas penerbangan yang ramai sekalipun kadang mereka dapat sedikit bila dibanding hari-hari biasa. “Jadi sebenarnya ini tergantung nasib saja, karena penumpang kadang lebih cenderung untuk bawa barangnya sendiri daripada menggunakan jasa kami para porter barang,” ujarnya.
Dari jasa porter itu, Yance dan rekan-rekannya sesama porter ternyata punya kewajiban setoran ke perusahaan yang menaungi mereka.
”Kami wajib setor ke perusahaan (CV) yang mempekerjakan kami, besaran setoran per hari itu Rp50 ribu. Dapat penghasilan atau tidak, tetap wajib setor ke koperasi Rp50 Ribu. Tapi kadang juga nunggak untuk setor iuran di hari kerja berikutnya,” katanya.
Yance menambahkan mereka tidak bekerja setiap hari, karena sudah terbagi dalam dua kelompok. Kalau hari ini kelompoknya punya giliran kerja, besoknya libur diganti dengan kelompok lainnya.
“Pembagian waktu kerja kami itu satu hari kerja satu hari libur,” ujarnya. (*)
Discussion about this post