Jayapura, Jubi – Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Jayapura melalui Bidang Kebudayaan menggelar kegiatan penyusunan kamus bahasa Skouw untuk pelestarian bahasa daerah.
“Penyusunan dan pendokumentasian agar bahasa Skouw tetap terjaga baik secara manual maupun secara elektronik,” ujar Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Jayapura, Grace Linda Yoku di Balai Kampung Skouw Mabo, Distrik Muara Tami, Jumat (4/8/2023).
UUD 1945 Pasal 32 menyatakan negara menghormati dan menghargai bahasa daerah sebagai kekayaan budaya, maka melalui penyusunan kamus tersebut sebagai bentuk pelestarian sebagai identitas diri.
“Bahasa daerah yang ada di Port Numbay (Kota Jayapura) memiliki ciri dan karakteristik yang berbeda antara satu bahasa dengan lainnya. Ini menandakan identitas daerah tertentu,” ujarnya.
Pesatnya pembangunan suatu daerah, lanjut Grace Yoku, berpengaruh dalam penggunaan bahasa yang menjadi peran penting dalam komunikasi sehingga mempengaruhi fungsi bahasa, fungsi edukatif, dan fungsi kultural.
“Pelestarian bahasa untuk menjaga karakter generasi selanjutnya. Ketika penuturan yang lebih tua telah gugur, maka tinggal generasi milenial, bila tidak diajarkan bahasa daerah sejak dini maka tinggal kepunahan dan tinggal cerita,” ujarnya.
Masyarakat Port Numbay sangat heterogen, dikatakan Grace Yoku, dan agar generasi milenial fasih menggunakan bahasa daerah dan tetap hidup di tengah-tengah masyarakat dengan menjaga ciri khas dan budaya.
“Penggunaan bahasa sudah mulai luntur, jarang sekali orang tua mengajarkan bahasa daerah kepada anaknya. Tidak hanya pendidikan di sekolah tapi juga di lingkungan keluarga harus membiasakan anak mengunakan bahasa daerah,” ujarnya.
Menjaga bahasa daerah, lanjut Grace Yoku, yang efektif adalah dari lingkungan keluarga, karena sebagian besar keluarga masih dalam satu rumpun yang sama, sehingga memegang peranan penting menjaga bahasa daerah sebagai identitas, ciri khas, alat komunikasi, dan instrumen selama berabad-abad hingga ribuan tahun lewat lisan dan tulisan.
“Pentingnya bahasa daerah menentukan karakter di tiap-tiap keluarga untuk dikuatkan. Kehilangan arah bukan lagi wacana tapi kenyataan. Kita tidak bisa menjaga bahasa daerah bukan hanya melalui kesadaran tapi juga tindakan nyata dalam keluarga,” ujarnya.
“Jadi, kita warga Port Numbay (Kota Jayapura) menjaga bahasa daerah mulai dari keluarga mulai dari percakapan sehari-hari, maka otomatis anaknya akan lancar, fasih, dan paham aturan budaya, adat, dan seni di kampungnya,” sambungnya.
Untuk memberikan penguatan kepada keluarga agar menggunakan bahasa daerah dalam percakapan sehari-hari, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota gencar melakukan sosialisasi dan edukasi.
Bahkan melakukan kerja sama dengan FKIP Universitas Cenderawasih Jayapura Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dengan membuat kamus bahasa Skouw (Skouw Yambe, Skouw Mabo, dan Skouw Sae).
“Kami berusaha untuk melestarikan bahasa daerah di 14 kampung menggunakan bahasa masing-masing dalam kehidupan sehari-hari, sehingga bahasa daerah atau bahasa ibu tidak punah, apalagi jumlah penutur semakin sedikit, itupun sudah tua-tua,” ujarnya.
Pendokumentasian bahasa dalam bentuk kamus merupakan salah satu cara untuk membantu pemerintah dan masyarakat, dalam melakukan pelestarian bahasa daerah terutama bahas Port Numbay (Kota Jayapura).
“Jadi, kami harus cepat untuk melestarikan agar jangan sampai bahasa ibu ini punah dan generasi berikut tidak bisa mengucapkan bahasa mereka sendiri. Kepunahan bahasa bukan hanya sekadar hilangnya alat komunikasi, tapi juga nilai-nilai budaya dan pengetahuan lokal yang terkandung dalam bahasa,” ujarnya.
Asisten I Bidang Pemerintahan Setda Kota Jayapura, Evert Nicolas Merauje mewakili Penjabat Wali Kota Jayapura, Frans Pekey berharap para orang tua untuk membiasakan anak berkomunikasi dengan bahasa daerah.
“Jangan takut atau khawatir anak akan gagap berbahasa Indonesia, karena sejak kecil sudah dibiasakan bahasa daerah. Sangat disayangkan apabila anak Port Numbay tidak bisa bahkan tidak tahu bahasa daerahnya sendiri,” ujarnya.
Evert Merauje menambahkan selain di lingkungan keluarga, guru-guru di sekolah juga harus sering berkomunikasi dengan bahasa daerah terutama bahasa Port Numbay, agar anak terbiasa menggunakan bahasa daerah.
“Bahasa menunjukkan identitas suatu bangsa, peristiwa penulisan dan pendokumentasian buku kamus bahasa Skouw adalah suatu momen sejarah di Port Numbay,” jelasnya. (*)