Sentani, Jubi – Sejumlah tenaga honorer di Kabupaten Jayapura yang tidak bisa mengikuti tes Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) saat ini mempertanyakan puluhan wajah baru yang terakomodir dalam kuota 817 orang peserta yang sedang mengikuti tes CPNS di SMP Negeri 2 Sentani. Mereka ini titipan siapa?
Salah seorang tenaga honorer, Markus Yom, mengatakan ada puluhan wajah baru yang sudah mereka data berdasarkan hasil yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kabupaten Jayapura yang terakomodir dalam 817 orang yang sedang mengikuti tes pada saat ini di SMP Negeri 2 Sentani.
Menurut Markus Yom yang sudah 13 tahun bekerja sebagai tenaga honorer di Dinas Lingkungan Hidup Kabupate Jayapura, mengatakan dirinya tidak pernah ketemu denga para ‘wajah baru’ ini dan tidak pernah melihat mereka berada dan bekerja di lingkup Pemerintah Kabupaten Jayapura.
“Permintaan atau kebutuhan daerah terkait formasi 2019 lalu itu sangat jelas, bahwa yang diutamakan adalah tenaga honorer guru dan perawat serta umum. Ini titipan dari mana? Data nama-nama mereka sudah ada di kami,” ujar Markus di halaman Kantor Bupati Jayapura di Gunung Merah, Sentani, Senin (25/9/2023).
Dikatakan, wajah baru yang didata terbanyak di Dinas Perhubungan dan sejumlah dinas lainnya. Mereka tidak berstatus honorer tetapi sudah ditempatkan di setiap dinas. Hal ini tentu menjadi pertanyaan dirinya dan teman-temannya sesama tenaga honorer bahwa sejak kapan mereka ini datang bekerja dan memiliki surat pengangkatan tenaga honorer di Kabupaten Jayapura.
“Apakah ini kejahatan manusia? Tugas dan fungsi diabaikan, tetapi kepentingan pribadi yang diutamakan,” katanya.
Menurutnya, sebagai pihak yang dirugikan, dirinya hanya bisa menyuarakan apa yang sesungguhnya terjadi. Bahwa yang namanya keberpihakan serta pemberdayaan yang selalu dibicarakan dan disosialisasikan kepada masyarakat umum adalah tipu muslihat saja yang ingin disampaikan sebagai bentuk pembenaran terhadap diri sendiri.
“Buktinya mereka [wajah baru] saat ini sedang ikut tes CPNS. Sebentar lagi hasil diumumkan dan mereka bersuka cita di atas penderitaan serta rasa sakit hati kami yang tidak terakomodir dalam ujian CPNS. Sudah belasan hingga puluhan tahun jadi honorer,” katanya.
Foni Imelda Marangkrena, tenaga honorer lainnya, mengatakan dari kuota 817 orang, hanya 213 orang yang merupakan anak asli Kabupaten Jayapura. Jumlah itu diluar dari saat ini dirinya yang belum mendapat jatah ikut tes CPNS.
Yang lebih aneh, kata Imelda, namanya sebagai honorer terdata di BKN Wilayah Papua, hingga Pusat, tetapi di dalam data penerimaan kemarin namanya tidak terdaftar.
Marangkrena mempertanyakan sikap keberpihakan Penjabat Bupati Jayapura, yang juga berstatus ASN di Kabupaten Jayapura, dan Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Jayapura yang adalah pembina ASN, sebagai anak asli Kabupaten Jayapura terhadap mereka para tenaga honorer yang tidak bisa ikut tes CPNS, yang juga anak asli Kabupaten Jayapura.
“Sudah 18 tahun saya mengabdi di Distrik Depapre sebagai staf. Dengan kejadian seperti saat ini saya pribadi merasa sangat kecewa dan sakit hati. Di daerah lain, pejabatnya memperjuangkan anak-anak asli mereka. Kita di Kabupaten Jayapura sama sekali tidak bisa. Kami anak negeri yang akan bangun tempat ini, jadi tolong perhatikan dan beri kesempatan kepada kami,” ujarnya.
Ketua Forum Peduli Kemanusiaan (FPK) Kabupaten Jayapura, Manase Bernard Taime, mengatakan seluruh tenaga honorer berencana melakukan aksi demo di tempat pelaksanaan tes CPNS saat ini. Namun berkat koordinasi dengan Penjabat Bupati Jayapura, aksi tersebut urung dilakukan.
“Penjabat Bupati Jayapura hanya minta semua tenaga honorer yang tidak ikut tes CPNS saat mendaftarkan nama masing-masing dan diserahkan kepada penjabat bupati dan selanjutnya akan diusahakan agar bisa mengikuti tes CPNS berikutnya,” kata Taime. (*)