Papua No. 1 News Portal | Jubi
Sentani, Jubi – Salah satu aset dan karya terbesar Sang Pencipta bagi seluruh masyarakat di Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua adalah Danau Sentani, sebuah danau yang memiliki panjang 28 kilometer, lebar 19 kilometer, dan berada pada area permukaan seluas 104 kilometer persegi.
Bupati Jayapura, Mathius Awoitauw, mengatakan danau yang membentang dari timur hingga barat Kabupaten Jayapura itu menjadi tanggung jawab bersama seluruh masyarakat adat yang tinggal di tepian danau maupun seluruh warga perkotaan.
Menurutnya, mahakarya terbesar ini menjadi salah satu daya tarik bagi para pelancong lokal hingga mancanegara yang datang ke Bumi Kenambai Umbai.
“Aset dan potensi terbesar ini harus dijaga dan dilestarikan dengan baik. Kabupaten Jayapura tidak lengkap tanpa ada Danau Sentani,” ujar Bupati Awoitauw di Sentani. Kamis (3/2/2022).
Bupati Awoitauw juga mengatakan potensi budaya melalui Festival Danau Sentani (FDS) yang dilakukan selama satu dekade belakangan ini memiliki nilai budaya dan ekonomi yang banyak memberikan dampak positif bagi masyarakat yang hidup di tepi Danau Sentani, tetapi juga bagi masyarakat yang tinggal di perkotaan.
Oleh sebab itu, Danau Sentani tidak boleh dijadikan tempat pembuangan sampah, limbah perkotaan seperti bengkel, rumah makan, perhotelan, bahkan masyarakat yang tinggal dan hidup di pesisir danau harus bisa mengolah sampah rumah tangga dengan baik.
“Di dalam danau juga ada kehidupan flora dan fauna endemik sejak lama. Warga masyarakat yang hidup di tepian danau juga memanfaatkan sumber air danau untuk kehidupan setiap hari,” katanya.
Pada periode pemerintahannya, kata Awoitauw, Danau Sentani masuk dalam pilot project Lembaga Penelitian Ilmu Pengetahuan ( LIPI) bersama sejumlah danau di Indonesia. Hingga saat ini belum ada informasi yang diperoleh dari pilot project tersebut. Terlepas dari apa saja yang direncanakan, Danau Sentani harus tetap dijaga dengan baik demi keberlangsungan hidup anak-anak dan generasi yang akan datang.
“Fenomena alam seperti banjir bandang, naiknya permukaan air danau, telah menjadi bagian dalam kehidupan kita. Oleh sebab itu, harus bijaksana terhadap potensi dan mahakarya yang besar ini, ” ucapnya.
Baca juga: Danau Sentani masuk dalam penanganan danau kritis
Sementara itu, Ondofolo Kampung Bambar, Distrik Waibhu, Origenes Kaway mengatakan, Danau Sentani sejak zaman nenek moyang digunakan sebagai sumber kehidupan bagi semua warga yang tinggal dan hidup di pinggirannya. Air dan semua isi di dalam danau dimanfaatkan untuk dapat bertahan hidup hingga saat ini.
Kaway mengatakan soal sampah atau pencemaran lingkungan yang terjadi saat ini, semua orang memiliki pikiran dan akal sehat. Danau ini bukan tempat untuk menampung sampah, sebab ada ribuan nyawa manusia yang tinggal dan hidup di tepian Danau Sentani.
“Sebagai warga asli Sentani, wajib menaikkan syukur kepada Tuhan. Karena kasih sayang-Nya, pertolongan dan kemurahan-Nya sehingga kita semua masih ada sebagaimana mestinya. Padahal, secara sadar kita ketahui bersama isi danau ini sudah dipenuhi dengan sampah, bahan kimia, limbah industri, dan lain sebagainya. Hanya karena kebaikan Tuhan, kita semua masih diberikan kesempatan untuk bertahan hidup,” kata Kaway. (*)
Editor: Dewi Wulandari
Discussion about this post