Jayapura, Jubi- Beberapa kendaraan roda dua milik karyawan PT Pelayaran Indonesia (PT Pelni) dan juga pelabuhan terminal peti kemas milik PT Pelabuhan Indonesia Persero (Pelindo) IV diparkir rapi di dalam ruang bekas gudang tentara sekutu Amerika Serikat. Gudang ini merupakan salah satu yang tersisa sejak Perang Pasifik 1941-1945 di Teluk Humboltd Hollandia, sekarang Kota Jayapura.
Ruangnya gelap, pengap, dan hanya cahaya matahari yang masuk menerangi bangunan berkonstruksi besi dan berbentuk rumah setengah lingkaran. Atau warga di Kota Jayapura menyebutnya rumah-rumah bulat peninggalan tentara Sekutu Amerika Serikat.
“Tadinya terdapat 14 rumah bulat tetapi sekarang hanya tinggal satu rumah bulat karena ini merupakan asset pemerintah Provinsi Papua,” kata Fonataba yang menjaga dan mengawasi saat ditemui Jubi, Jumat (2/9/2022) siang, di Pelabuhan Port Numbay Kota Jayapura.
Gedung sisa perang yang tersisa itu lanjut Fonataba merupakan warisan sejarah dan Gubernur Provinsi Papua Lukas Enembe memerintahkan agar tetap dijaga dan dipelihara.
“Ini sudah menjadi aset Pemerintahan Provinsi Papua dan kalau mau berurusan segera berhubungan dengan Gubernur atau Sekda Papua,” katanya.
Bangunan bersejarah itu lanjut Fonataba, memang terkesan semrawut dan tak terurus karena tampaknya untuk tempat parkir motor roda dua, dan di depannya ada sebuah pos jaga.
“Kalau bapak mau berurusan dengan gudang ini sebaiknya ke Pemerintah Provinsi Papua saja,” kata Fonataba mengingatkan Jubi siang itu.
Pantauan Jubi, dalam ruang yang gelap pengap itu, tak ada lampu penerangan dan hanya kelihatan kerangka konstruksi besi berbentuk bulat dan berlantai semen. Kelihatannya masih berdiri kokoh, walau gedung ini merupakan salah satu dari 14 bangunan yang tersisa.
Pendaratan sekutu di Hollandia sekarang Kota Jayapura, 22 April 1944 langsung membangun pelabuhan dalam beberapa minggu African American soldier dari battalion 870 teknik bangunan atau Zeni Tempur mulai mendirikan sebelas buah dermaga.
Dua buah dermaga di sekitar Werf sekarang pelabuhan Port Numbay kepunyaan Angkatan Laut Amerika Serikat (US Navy) dan sembilan dermaga milik Angkatan Darat (US Army). Bekas-bekas doc kapal tersebut masih dipakai sampai sekarang dengan nama Doc II, Doc IV, Doc V, Doc V, Doc VIII hingga Doc IX. Sedangkan wilayah Kayu Batu dan sekitarnya masuk dalam wilayah Base G atau basis pangkalah G setelah Base F di Lae Finshafen, Papua Nugini.
Resimen Zeni ke 350 Amerika Serikat dan dibantu dengan anggota Sea Bees atau CB”s Construction Battalions dari Armada ke VII ikut pula membangun rumah rumah bulat di pelabuhan Port Numbay sebanyak 14 gudang milik Angkatan Laut Amerika Serikat.
Perbaikan maupun pembagunan pelabuhan baru maupun lapangan terbang dilakukan oleh “Lebah Laut” (dari CB, Batalyon Konstruksi). Mengamankan keluar dan mungkin “membersihkan daerah” kemudian menjadi tugas unit pesawat Korps Marinir. Untuk mempersiapkan usaha berikutnya, pembom jarak jauh Angkatan Udara Angkatan Darat AS juga dapat ditempatkan, jika penangkapan itu tidak mendukung USAAF, seperti dalam kasus Mariana dan Iwo Jima.
Selain itu di Teluk Imbi atau Teluk Yos Sudarso mendarat pula Divisi Infantri ke 41 Amerika Serikat terdiri dari 37.500 orang pasukan tempur dan 18.000 orang spesialisen atau non combaten.
Sejak itu 1944- 1945 Hollandia atau Kota Jayapura menjadi kota dengan jumlah penduduk tentara sekutu Amerika Serikat sebanyak 140.000 orang dengan perbekalan sebanyak 5,5 juta ton. Saat itu pula ribuan kapal laut milik Amerika Serikat berlabuh di pelabuhan Teluk Humboldt atau sekarang disebut Teluk Yos Sudarso. Karena begitu banyaknya militer sehingga tentara sekutu juga mendirikan kantor Pos yang kemudian dikenal dengan Army Post Office atau disingkat APO.
Selain itu ada nama lokasi di Polimac Road sampai sekarang masih tetap bernama Polimak I , Polimak II dan Polimak IV. (*)