Jayapura, Jubi – Keluarga korban penembakan di Kampung Sinakma, Wamena, Jayawijaya, meminta agar semua data-data korban penembakan diterbitkan secara terbuka.
Penegasan ini disampaikan Arim Tabuni sebagai keluarga korban (adik) dari Timias Yelifele, yang saat ini jenazahnya disemayamkan di RSUD Wamena.
“Ini jumlah dan data korban penembakan di Sinakma, Wamena, hingga saat ini belum jelas,” ujarnya dalam jumpa pers di Kantor Jubi di Waena, Kota Jayapura, Jumat (24/2/2023) sore.
Ia juga mempertanyakan kronologis awal ketika pelaku yang diadili pihak kepolisian di muka umum, atas dugaan penculikan anak di Kampung Sinakma.
Menurutnya, hal seperti ini tidak perlu dilakukan oleh aparat penegak hukum. Mestinya, proses penegakan hukum atas dugaan penculikan anak dilakukan langsung di kantor polisi, atau tidak di depan umum yang kesannya pihak penegak hukum tidak melaksanakan Standar Operasional Prosedur (SOP).
“Ketika kericuhan terjadi, tidak ada aparat yang terluka atau diserang oleh masyarakat. Justru sebaliknya, masyarakat yang tidak tahu apa-apa yang jadi korban penembakan,” katanya.
Dikatakan, kejadian yang menewaskan saudaranya ini (mendiang Timias Yelifele), berawal ketika saudaranya pulang dari membeli sekop di kota, untuk kebutuhan pekerjaan di kebunnya. Setelah membeli sekop, saudaranya hendak pulang ke kampungnya di Walesi, ketika melalui tempat kejadian perkara di Sinakma, saudaranya hendak mencari tahu apa yang sedang terjadi di kerumunan orang. Ternyata saat itu juga tengah terjadi kericuhan, dan saudaranya terkena tembakan.
“Saya minta Kapolres Jayawijaya segera bertanggung jawab atas kejadian yang menimpa saudara kami,” tegasnya.
Tambahnya, dari informasi keluarga di Wamena bahwa jenazah yang disemayamkan di RSUD Wamena belum diformalin hingga saat ini. Oleh sebab itu, keluarga meminta agar pengurusan korban penembakan dilakukan dengan penuh kemanusiaan.
“Ketika kericuhan, masyarakat justru lari berhamburan dan tidak melakukan penyerangan kepada aparat. Setelah ada korban yang jatuh, baru masyarakat yang tinggal dekat kampung sekitar kembali membawa alat tajam berupa busur dan anak panah, datang untuk mencari tahu siapa saja yang menjadi korban. Jadi, jangan buat informasi di media, seolah-olah ada penyerangan dari warga kepada aparat keamanan,” ungkapnya.
Ia juga meminta kepada media massa untuk dapat menyaring semua bentuk informasi tentang kejadian penembakan yang sedang beredar, dan kepada pihak keamanan dalam hal ini TNI dan Polri harus segera merilis semua jumlah dan data serta kronologis kejadian yang sesungguhnya.
“Informasi di media sosial, ada lima orang yang korban, sebentar lagi sudah menjadi sembilan orang, tambah lagi sepuluh orang. Jumlah korban yang benar ada berapa banyak, segera di-publish,” harapnya. (*)