Sentani, Jubi – Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Jayapura, Sambodo Samiyanan mengatakan Rumah Coklat didirikan untuk menjadi tempat pelatihan dan pengembangan usaha bagi masyarakat, khususnya usaha pengolahan kakao. Hal itu dinyatakan Sambodo Samiyanan di Sentani, ibu kota Kabupaten Jayapura, Sabu (14/5/2022).
Sambodo menyatakan produksi kakao di Kabupaten Jayapura saat ini kurang bagus, karena tanaman kakao terserang hama. “Selama ini, [pengolahan dilakukan] hanya melalui petani yang menjual bijih basah, fermentasi, biji kering, dan diolah menjadi minyak, pasta, tepung, hingga cream, ” ujar Sambodo.
Menurutnya, dengan bahan baku berupa pasta, atau tepung, Rumah Coklat melatih masyarakat untuk membuat penganan ringan seperti kue, coklat padat, atau minuman coklat. Jika olahan itu dikemas dengan baik, olahan itu bisa dipasarkan.
“Anak-anak sekolah minggu dari beberapa jemaat atau gereja sudah kami undang untuk mencoba membuat cetakan coklat padat dengan berbagai bentuk. [Itu dibuat] biji kakao yang diolah menjadi pasta. Pasta coklat diletakkan ke dalam cetakan yang telah dibuat, selanjutnya didinginkan atau dipanaskan, dan siap disajikan. [Pelatihan itu] sengaja dilakukan kepada anak-anak sekolah minggu atau [anak] usia sekolah, [agar mereka] mengenal dan mencintai kakao sejak dini,” kata Sambodo.
Sambodo menjelaskan Rumah Coklat memiliki berbagai produk hasil olahan kakao yang sudah siap untuk dijual. Produk itu termasuk minuman coklat panas dan dingin, kue, coklat batangan, hingga es cream kakao.
Pengembangan berbagai produk Rumah Coklat nantinya akan melibatkan masyarakat, agar mereka bisa berusaha atau menciptakan produk baru berbahan kakao. Untuk pemasaran, Rumah Coklat yang didirikan Dinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Jayapura juga berkolaborasi dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan serta Dinas Koperasi dan UKM.
“Petani kakao [di Kabupaten Jayapura] sudah banyak yang berinovasi dan bisa melakukan replanting tanaman kakao sendiri. [Mereka juga] bisa fermentasi biji basah menjadi biji kering dengan kualitas yang terbaik, ” ucapnya.
Bupati Jayapura, Mathius Awoitauw mengatakan Gerakan Wajib Tanam Kakao (GWTK) harus dihidupkan kembali, karena banyak tanaman kakao di Kabupaten Jayapura terserang hama. Menurutnya, serangan hama kakao itu merugikan petani maupun Pemerintah Kabupaten Jayapura.
“Kami tidak mau tinggal dalam keterpurukan karena [tanaman kakao] terserang hama. Para pemilik lahan atau kabun kakao, anak-anaknya kami kirim ke luar Papua untuk belajar selama tiga hingga enam bulan. [Mereka belajar] bagaimana mengatasi semua kendala yang dihadapi petani,” kata Awoitauw.
Menurutnya, para petani pernah dikirim belajar ke luar Papua itu mulai mengembangkan dan menerapkan pengetahuan mereka di lahan kebun kakaonya masing-masing. Hal itu membuat antusiasme warga mengembangkan berbagai jenis kudapan berbahan baku kakao meningkat.
“Anak-anak muda yang kreatif yang sedang bekerja dan menciptakan hal baru. Sudah kami dorong melalui dinas terkait untuk secara rutin memantau di lapangan atau di kebun, agar para petani secara rutin dan serius memperhatikan lahan kakaonya, serta bisa menghasilkan biji basah dan biji kering kualitas terbaik. Sudah ada sentra produksi kakao, hasil dari kebun bisa langsung dibawa ke sentra produksi, ” ujarnya. (*)
Discussion about this post