Sentani, Jubi – Tumpukan sampah di Tempat Pembuangan Sementara (TPS) yang berlokasi di Kampung Doyo Lama, Distrik Waibhu, Kabupaten Jayapura sudah membukit sehingga para pemulung sangat kesusahan untuk memilah sampah.
Salah satu pemulung, Paulus Nukuboi, menjelaskan bahwa, kondisi TPS saat ini terdiri dari tiga jalur. Setiap jalur digunakan sebagai tempat atau jalan masuk dan keluar armada truk sampah, untuk membuang atau menimbun sampah perkotaan, namun saat ini sudah tidak bisa digunakan lagi karena tertutup tumpukan sampah.
Tumpukan sampah, kata dia, tingginya mencapai belasan meter, bahkan bisa setinggi pohon yang ada di samping areal penimbunan sampah.
“Lebih parah, ketika musim hujan dan banjir. Tempat pembuangan sampah sementara ini semuanya tergenang,” ujarnya saat ditemui di TPS Kampung Doyo Lama Distrik Waibhu, Jumat (28/4/2023).
Menurut Nukuboi, TPS ini harusnya diperhatikan secara serius oleh Pemerintah Daerah. Ada banyak hal yang belum ditata dan dikerjakan, sekalipun tempat ini hanya sebatas transit atau bersifat sementara.
“Tempat pembuangan akhir sudah jadi, itu saja belum diurus sampai tuntas. Mestinya, yang ada di depan mata ini dikerjakan dulu,” tegasnya.
Belasan tahun bekerja sebagai pemulung, ujar ayah empat anak ini, belum ada perhatian serius dari Pemerintah Daerah. Bangunan 3R (Reduce, Recycle, Reuse) yang dibangun untuk kepentingan pemulung atau kelompok masyarakat yang bekerja memilah sampah, sejak dua tahun lalu hingga saat ini hanya menjadi tempat peristirahatan ternak (kambing) milik masyarakat.
“Armada truk sampah dari Dinas Lingkungan Hidup, datang buang sampahnya saja. Lalu, tinggalkan pesan, jangan lupa bakar sampahnya,” ucapnya.
Walaupun dalam kondisi diri sebagai disabilitas, ia mengaku kerja-kerja keras yang dilakukannya ini bisa menghidupi keluarganya.
“Setiap pagi jam 7 sudah di sini, seperti orang kantoran juga. Jam 5 sore sudah pulang ke rumah,” katanya.
Dia menambahkan, ada beberapa jenis bahan atau benda yang dipilah dari tumpukan sampah, setelah didrop oleh armada milik Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Jayapura.
“Seperti kertas 1.000 rupiah per kilo kalau dijual, untuk bahan plastik seperti botol air mineral juga 1.000 rupiah per kilo, sementara untuk aluminium 10 ribu rupiah per kilo, tembaga juga agak mahal, 55 ribu rupiah satu kilo dan besi hanya dua ribu lima ratus rupiah per kilo. Seminggu bisa dapat uang satu juta kalau semua bahan ini terkumpul,” katanya.
Sementara itu, Kepala Bidang Lingkungan Hidup pada DLH Kabupaten Jayapura, Xaverius Manangsang mengakui, TPS saat ini memang sudah tidak mampu memuat lagi sampah perkotaan. Sementara petugas atau pemulung yang bekerja di TPS sangat terbatas.
“Biasanya sampah dibakar, ketika habis droping, dibiarkan sampahnya kering lalu dibakar. Lama kelamaan sampahnya menjadi habis, dan tempat yang kosong itu digunakan lagi untuk mendroping sampah yang baru,” katanya. (*)