Sentani, Jubi – Dosen Akuntansi Universitas Cenderawasih, Kurniawan Patma SE MAk membagikan sejumlah program terkait literasi keuangan untuk pelaku usaha Asli Papua. Mulai dari edukasi pembukuan keuangan hingga pemasaran digital untuk para wirausahawan Asli Papua.
Kurniawan Patma memberikan beberapa contoh program dan tips literasi keuangan tersebut dalam sebuah webinar bertema Pentingnya Literasi dalam Membangun Ekonomi Kreatif yang Berdampak dan Berkelanjutan yang diselenggarakan oleh Maritim Muda Nusantara Daerah Papua Tengah pada Minggu (5/5/2024).
Patma menginisiasi gerakan yang diberi nama LIFE yang merupakan akronim dari Literacy for Everyone. Life juga bisa berarti kehidupan dalam bahasa Indonesia. Menurut Patma, misi dari LiFE sesuai dengan Sustainable Development Goals (SDGs) yaitu leave no one behind atau tak meninggalkan seorangpun.
“Tidak ada satupun orang yang tertinggal di belakang, dan berusaha untuk mewujudkan spirit itu dalam gerakan yang konkrit,” ujarnya.
Untuk mewujudkan gerakan yang dimaksud, ia menginisiasi LIKE-Papua (Literasi Keuangan bagi Mama-mama Pengusaha Asli Papua) yang bertujuan untuk mengedukasi Mama-mama Papua tentang pembukuan keuangan sehingga mereka bisa mengetahui kinerja keuangannya.
Menurutnya, pembukuan keuangan menjadi penting apabila suatu usaha ingin mendapatkan bantuan modal yang mensyaratkan adanya laporan keuangan.
Ide program itu bermula saat Patma melakukan survei sederhana di salah satu pusat perbelanjaan di Abepura. Disana ia temukan pelaku usaha tidak memiliki pembukuan. Contohnya, lanjut Patma, saat ia menanyakan kepada Mama-mama pedagang berapa keuntungan yang diperolehnya hari itu, ia mendapatkan beragam jawaban.
“Ada yang bilang, ‘anak saya tidak tahu’, artinya tidak ada pembukuan. Atau ‘Oh saya hitung uang yang ada dalam sa pu noken dulu’, yang artinya persepsi keuntungan dari uang yang ada di dalam noken tersebut belum teredukasi dengan baik, karena harusnya kan membuat selisih berapa beban yang keluar sehingga bisa mendapatkan laba/keuntungan,” kata aktivis yang bergerak bersama Solidaritas Pedagang Asli Papua itu.
Selanjutnya, ia menawarkan program EDIT Papua (Edukasi Digital Papua). Kurniawan menegaskan pendekatan literasi keuangan penting terus dikampanyekan meskipun menurut Indeks literasi keuangan OJK 2022 di Papua masih rendah, yaitu 45,19 persen. Termasuk memfasilitasi pelaku usaha Asli Papua menggunakan media digital sebagai media pemasaran.
“[Membantu] mereka berkompetisi untuk memasarkan produk menggunakan media digital. Memang prosesnya lama untuk sampai ke tahap ini, tapi ini menjadi gerakan bersama bila berbicara ekonomi kreatif berkelanjutan. Ada satu hal yang menjadi keprihatinan, yaitu keberpihakan kepada pelaku usaha Asli Papua,” katanya.
Selain itu, ia menambahkan di Uncen ada dua program yang sedang dijalankan mahasiswa. Program itu ialah Kewirausahaan Mahasiswa Uncen (Kemah Uncen) dan Komunikasi Bisnis Akuntansi Uncen (Ko Bisa Project).
Pengampu mata kuliah kewirausahaan itu tak ingin mahasiswa yang diajarnya hanya belajar di kelas atau hanya tahu konsep saja, melainkan perlu turun ke lapangan untuk mengenal kewirausahaan itu seperti apa.
Dengan adanya dua proyek tersebut, Kurniawan Patma berharap mahasiswa menumbuhkan ekonomi kerakyatan di Papua, dengan membeli pangan lokal dan kemudian diolahnya menjadi produk. Pangan lokal tersebut tentu saja harus disuplai dari pelaku usaha Asli Papua.
“Prinsipnya mari kita bergerak bersama karena kita memiliki sumber daya yang berbeda, tapi kita memiliki tujuan yang sama untuk mencerdaskan kehidupan bangsa di Papua. Kita memiliki kewajiban untuk memanusiakan makhluk lain,” ujarnya. (*)
Untuk melihat lebih banyak content JUBI TV, click here!