Manokwari, Jubi – Pemerintah dan Masyarakat di Provinsi Papua Barat merayakan Hari lahirnya Daerah Otonomi Baru – DOB Provinsi Papua Barat yang ke 24 Tahun pada Kamis (12/10/2023).
Pelaksanaan upacara digelar di kantor Gubernur di Manokwari yang dipimpin oleh Penjabat Gubernur Papua Barat, Paulus Waterpauw. Usai upacara dilanjutkan dengan dilakukan ramah-tamah sekaligus pemotongan tumpeng di Kantor Gubernur yang dilakukan oleh Ketua Dharma Wanita, Roma Pasaribu,
Pj Gubernur Papua Barat Paulus Waterpauw mengatakan, hari ini Papua Barat genap berusia 24 tahun. Ia mengisahkan, sejarah dan perjuangan menjadi daerah otonom baru di tahun 1999 adalah sebuah perjalanan yang tidak mudah.
Ia pun menyebut, ada sosok-sosok penting di balik perjuangan itu. Waterpauw lalu mengajak masyarakat Papua Barat untuk melihat kilas balik perjuangan itu hari ini.
“Hari ini kita telah sampai pada usia 24 tahun. Kita berhasil menjadi daerah pemekaran baru di tahun 1999 karena jasa dan perjuangan figur penting di Papua Barat,” ujar Waterpauw saat memberikan sambutan pada upacara peringatan HUT Papua Barat ke 24 di Kantor Gubernur Papua Barat
Waterpauw menyebutkan, figur penting di balik lahirnya Provinsi Papua Barat adalah pahlawan pemekaran. Mereka yakni Tim Pemekaran 315 Papua Barat, lalu Brigjen Marinir Purnawirawan Abraham Oktovianus Atururi sebagai Gubernur Pertama Papua Barat dan almarhum Drs. Rahimin Kacong sebagai Wakil Gubernur Pertama Papua Barat.
Selain itu, (Alm) Ir. ML Rumadas (Mantan Sekda Papua Barat), (Alm) Jemmy Demianus Ijie (Mantan Anggota DPR RI), (Alm) Julieta Simenes Atururi, (Alm) DRS. Ishak L. Hallatu (Mantan Kepala Bappeda dan PLT. Sekda Papua Barat) serta banyak lagi sosok penting lainnya.
“Mereka adalah pejuang pemekaran yang telah menghadap keharibaan Tuhan, maupun yang masih hidup yang tidak dapat saya sebut satu persatu. Hormat dan kasih sayang ingin saya haturkan kepada Bapak Ibu pada momen ini, karena atas jasa mereka maka pada hari ini kita bersama dapat merayakan ulang tahun provinsi kita yang ke-24,” ujar Waterpauw.
Waterpauw menuturkan, Provinsi Papua Barat dimekarkan dari Provinsi Papua melalui Undang-Undang Nomor 45 Tahun 1999 tanggal 4 Oktober 1999, yang awalnya bernama Irian Jaya Barat. Selanjutnya, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2007, maka Provinsi Irian Jaya Barat resmi berubah nama menjadi Provinsi Papua Barat.
Adapun peringatan HUT ke-24 Provinsi Papua Barat tahun 2023 ini diselenggarakan dengan tema “Papua Barat Maju dan Berdaya Saing”. Kata dia, ini mengandung makna filosofi yang sangat mendalam.
Berisi doa dan harapan agar Provinsi Papua Barat selangkah demi selangkah semakin maju untuk dapat sejajar dan tentunya mampu bersaing dengan daerah lain di Indonesia.
Papua Barat dibentuk, melahirkan setidaknya dua Gubernur Definitif yakni mendiang Abraham O Ataruri yang menjabat selama dua periode dan Dominggus Mandacan yang menjabat sejak 2017 hingga 2022, kemudian dilanjutkan dengan penunjukan mantan perwira tinggi Polisi, Komjen Pol (Purn) Paulus Waterpauw selama satu tahun lebih mengisi kekosongan jabatan Gubernur di Papua Barat.
Umar Kinder, Sekretaris Pemuda Muhamadiyah Papua Barat mengaku sudah banyak capaian yang ditorehkan sejak Papua Barat ditetapkan sebagai Provinsi. “Banyak hal sudah terjadi dan dibangun hingga Provinsi ini berusia 24 Tahun,” kata Umar Kinder usai mengikuti kegiatan upacara di Kantor Gubernur Papua Barat.
Umar menambahkan perubahan itu semakin dirasakan tatkala Paulus Waterpauw ditunjuk sebagai Penjabat Gubernur Papua Barat.
“Berbagai perubahan telah dicapai misalnya pemekaran Papua Barat Daya yang sebelumnya menjadi induk di Papua Barat,” kata Umar.
Sementara itu, Jackson S Kapisa, Ketua Pemuda Rakyat meminta pemerintah memperhatikan berbagai aspek seperti tujuan pembangunan dan kesenjangan pendidikan dan kesehatan di Daerah ini.
“Banyak bangunan atau gedung yang dibangun di Papua Barat sejak dimekarkan, namun saat ini rasanya pembangunan itu tidak ada tujuan, bahkan saya mempertanyakan tujuan pembangunan ini untuk siapa,” kata Jackson
Jackson menilai, gedung-gedung dibangun dengan megah namun sebagian tidak dimanfaatkan dengan maksimal, seperti bangunan perkantoran, yang dibangun bagus tetapi pemerintah kerap mengadakan kegiatan di Hotel-hotel dan diluar Manokwari atau Papua Barat.
Di sisi lain, masih terdapat kesenjangan di dunia pendidikan seperti mahalnya biaya pendidikan terutama dirasakan oleh Orang Asli Papua – OAP. (*)