Enarotali, – Guna menyukseskan Musyawarah Pastoral Mee (Muspas Mee) ke VII di Paroki St. Fransiskus Assisi Epouto, Dekenat Paniai, Keuskupan Timika, Papua yang bakal digelar 6-14 Februari 2023 mendatang, maka panitia pelaksana Muspas Mee VII melaksanakan acara “Eba Mukai” atau alas tikar. Kegiatan itu dilaksanakan di Paroki Epouto, 4 Oktober 2022 bertepatan dengan HUT Paroki setempat yang ke 71.
Usai perayaan misa yang dipimpin oleh Pastor Philip Elosak, OFM dan didampingi oleh Pastor Damianus Adii, Pr dilanjutkan dengan Eba Mukai. Eba Mukai merupakan sebuah tindakan nyata yang dilakukan oleh orang asli Papua (OAP) terutama di wilayah adat Meepago yang telah menyebar di sejumlah daerah, sehingga dengan cara itu justru saling membantu dan meringan sesama yang sedang membutuhkan uluran tangan.
Oleh karena itu, Eba Mukai tak bisa dipisahkan dari kehidupan orang Mee dan Papua umumnya.
“Eba Mukai itu salah satu cara yang telah menjiwai semangat hidup dari Santo Fransiskus Assisi sebagai pelindung paroki Epouto. Karena Santo Fransiskus Assisi Fransiskus adalah orang kudus besar yang dikagumi Gereja Katolik dan seluruh umat hingga kini. Kebesarannya terletak pada dua hal berikut yakni kegembiraannya dalam hidup yang sederhana, menderita lapar dan sakit dan pada cintanya yang merangkul seluruh ciptaan,” kata Pastor Philip Elosak dalam khotbahnya.
Ketua Panitia Mupas Mee VII Epouto, Esau Tekege mengatakan, kegiatan itu telah dihadiri oleh 3000-an lebih orang yang berasal dari perwakilan Pemerintah Kabupaten Paniai, Deiyai, Dogiyai, Nabire dan Intan Jaya serta aparat keamanan juga umat Katolik dari delapan Paroki di dekenat Paniai, empat Paroki di dekenat Tigi (Deiyai), rayon Kamapi (Dogiyai), jemaat Gereja Kemah Injil (Kingmi) Klasis Tage Paniai, komunitas Bunaani, serta tamu undangan dan perorangan.
“Luar biasa, antusiasme semua umat Tuhan (masyarakat) datang ke sini (Epouto) untuk menyumbangkan apa yang mereka punya untuk kegiatan besar nanti (Muspasmee VII 2023). Diperkirakan 3.000 lebih orang datang dengan cara Waita (dansa) dan dengan mengenakan pakaian adat,” ujar Tekege.
Kegiatan Eba Mukai, kata dia guna memenuhi kebutuhan pelaksanaan Mupas Mee VII. Awalnya, Muspas pertama dilaksanakan di Paroki St. Yusuf Enarotali tahun 2005, selanjutnya Muspas kedua Paroki Yohanes Pemandi Waghete tahun 2008, selanjutnya Muspas ketiga di Paroki St. Fransiskus Obano tahun 2011 sekaligus ditambahkan satu nama yakni Muspas Mee. Muspasmee IV di Paroki Segala Orang Kudus Diyai tahun 2014, Mupas Mee kelima di Paroki Salib Suci Madi tahun 2017 dan Muspas Mee keenam di Paroki Kristus Kebangkitan Kita Damabaga tahun 2020.
“Dan di sini (Epouto) adalah Muspas Mee yang ketujuh, makanya kami gantungkan tujuh noken. Sehingga umat Tuhan yang datang isikan di tujuh noken itu. Tujuh melambangkan Muspas Mee VII jadi semua serba tujuh. Siapapun yang mau sumbang, tentu ada tujuh (nya),” ujarnya.
Ia mengatakan, pelaksanaan Mupas Mee meruoakan realisai atas kepercayaan yang diberikan oleh umat dari Dekenat Paniai dan Tigi serta pihak Keuskuan Timika atas ketetapan yang sudah dihasilkan dalam Muspas Mee VI di Paroki K3 Damabagata sebagai kelanjutan mata rantai dan berkesinambungan kegiatan Musyawarah Pastoral.
“Hasil dari Eba Mukai kami akan informasikan kepada semua pihak, termasuk barang-barang yang sudah disumbangkan oleh para dermawan dengan iklas memberi, menolong dan rela berkorban dalam menyiapkan jalan bagi Tuhan Allah seperti motto Keuskupan Timika yakni Parate Vian Domini,” ujarnya.
Ia menambahkan, dalam Eba Mukai juga dibawasertakan iuran wajib oleh masing-masing Paroki yang bakal menjadi peserta tetap dalam pelaksanaan Muspas Mee VII nanti. (adv)