Jayapura, Jubi – Tim penyelamat Palestina mengumpulkan jenazah warga sipil dari sebuah kuburan massal di Kompleks Medis Nasser di Gaza Selatan. Mereka menemukan bukti yang menunjukkan pengambilan organ oleh pasukan Israel, menurut laporan media setempat yang dikutip Sputnik, Jumat (26/4/2024).
Setidaknya ada 392 jenazah yang telah diambil dari kuburan massal di Khan Younis, setelah pasukan Israel menarik diri dari kota itu pada awal April. Adapun165 jenazah lain masih belum teridentifikasi, demikian laporan Kantor Berita Palestina WAFA.
Paramedis dan penyelamat mengatakan beberapa jenazah ditemukan dengan kondisi tangan terikat serta perut tersayat. Itu yang menimbulkan kecurigaan mereka mengenai pencurian organ. Puluhan jenazah juga ditemukan di kuburan massal setelah pasukan Israel meninggalkan Kompleks Rumah Sakit Al Shifa di Kota Gaza dan Rumah Sakit Kamal Adwan di Jalur Gaza.
Pejuang Hamas Palestina melancarkan serangan roket skala besar terhadap Israel Pada 7 Oktober lalu. Mereka menyeberangi perbatasan, dan menyerang lingkungan sipil, serta pangkalan militer Israel. Akibat penyerangan itu, hampir 1.200 orang tewas dan 240 lainnya diculik di Israel.
Sebagai balasan, Israel kemudian memblokade total jalur Gaza. Mereka juga memulai serangan darat ke daerah kantong Palestina untuk melenyapkan pejuang Hamas dan menyelamatkan para sandera. Serangan itu mengakibatkan lebih dari 34.300 warga Palestina tewas di Jalur Gaza hingga saat ini.
Pertukaran tahanan
Sementara itu, Menteri Keuangan Israel Bezalel Smotrich mendesak badan intelijen Mossad menyerang para pemimpin Hamas dan menghancurkan sepenuhnya Jalur Gaza. Pernyataan Smotrich disampaikan setelah media lokal melaporkan sebuah proposal kesepakatan pertukaran tahanan dengan Hamas, yang yang diajukan para perunding, dan dipaparkan kepada Kabinet Keamanan Israel.
”Waktunya telah tiba bagi Mossad untuk menyingkirkan para pemimpin Hamas di seluruh dunia, dan tidak [mengambil bagian dalam] perundingan yang telah dilakukan secara tidak bertanggung jawab, serta merugikan keamanan Israel. Mulai sekarang, Israel seharusnya hanya berbicara dengan Hamas melalui tembakan, dan bom,” kata Smotrich melalui media sosial X.
Anadolu melaporkan Smotrich juga menyerukan pasukan Israel secepat mungkin memasuki Kota Rafah di Gaza selatan. Menurutnya, tindakan itu harus dilakukan sebelum mereka melanjutkan perjalanan ke seluruh Jalur Gaza hingga semua kekuatan Hamas hancur.
”Ini sangat penting bagi keamanan Israel. Ini juga satu-satunya kesempatan untuk memulangkan para sandera,” ujar Smotrich.
Kabinet Israel pada Kamis mengungkapkan usulan kesepakatan baru mengenai pertukaran tahanan dengan Hamas dan gencatan senjata di Jalur Gaza. Inisiatif baru yang belum diumumkan secara resmi itu, antara lain menuntut Hamas membebaskan lebih 20 warga Israel yang mereka sandera. Kesepakatan itu mungkin tidak termasuk pembebasan terhadap 40 sandera yang diminta Israel pada pekan-pekan sebelumnya.
Hamas diperkirakan menyandera lebih 130 warga Israel. Adapun Tel Aviv menahan lebih 9.100 warga Palestina. Dalam kesepakatan pertukaran sandera dan tahanan itu, Hamas menuntut diakhirinya serangan mematikan Israel di Jalur Gaza dan penarikan pasukan mereka dari wilayah tersebut.
Lindungi Yerusalem
Dari Ankara, Anadolu melaporkan Turki bertekad melanjutkan usaha mereka dalam melindungi Yerusalem. Menurut Presiden Recep Tayyip Erdogan, melindungi Yerusalem berarti membela kemanusiaan, perdamaian, serta penghormatan kepada berbagai agama.
“Masjid Al Aqsa di Yerusalem menghadapi lebih banyak pelecehan, dan identitas kota kuno tersebut dihapus selangkah demi selangkah oleh Israel. Nenek moyang saya [Kesultanan Utsmaniyah/Ottoman] melayani Yerusalem selama 400 tahun. Warisan mereka tidak dapat dihapuskan,” kata Erdogan saat berpidato di hadapan Liga Parlemen untuk Al Quds (Yerusalem) di Istanbul, Jumat.
Dia juga menuding Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sebagai sosok firaun modern. Itu merujuk pada tindakan Israel di bawah kepemimpinan Netanyahu yang telah membunuh 35 ribu warga Palestina di Jalur Gaza dalam 203 hari terakhir.
“Tidak ada negara yang bisa tinggal diam dalam menghadapi genosida [terhadap Palestina]. Kami akan terus melihat [mendukung] saudara-saudara kami, Hamas yang mempertahankan Tanah Air mereka,” kata Erdogan.
Erdogan menyebut Turki menjadi satu-satunya negara yang menerapkan pembatasan ekspor 54 kelompok produk terhadap Israel. Dia juga mengklaim mereka berada di garis depan dalam pemberian bantuan ke Gaza. Sejak perang meletus pada 7 Oktober 2023, Ankara telah mengirimkan hampir 50 ribu ton bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza melalui 13 pesawat, dan sembilan kapal.
Erdogan melanjutkan dukungan militer dan diplomatik Amerika Serikat terhadap Israel tidak menyelesaikan masalah, tetapi justru memperburuk keadaan. Washington tetap saja meluncurkan paket bantuan militer kepada Israel meskipun sekondannya itu telah membunuh 35 ribu warga Palestina di Gaza.
Menurut Erdogan, Amerika Serikat mengabaikan nilai-nilai demokrasi, supremasi hukum, kebebasan berekspresi, berpikir, dan pers yang dilanggar Israel. Namun, dia memuji Liga Parlemen Yerusalem sebagai suara global dan nafas perjuangan Palestina. (*)
Discussion about this post