Jayapura, Jubi – Ketua Pengurus Daerah Ikatan Bidan Indonesia atau IBI Provinsi Papua, Dionesia Pri Utami menyatakan para bidan siap berkolaborasi dengan pemerintah daerah guna menekan kasus stunting di Provinsi Papua. Menurut Dionesia upaya menurunkan jumlah kasus stunting memang membutuhkan peran aktif dari para bidan.
Berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia hingga bulan Mei tahun 2022, prevalensi kasus stunting di 28 kabupaten dan 1 kota di Papua, Papua Tengah, Papua Pegunungan dan Papua Selatan mencapai 15,40 persen. Setidaknya ada 5.783 anak dengan usia balita dengan kondisi stunting.
Dionesia menyatakan saat ini ada 3.700 tenaga bidan yang tersebar di Provinsi Papua, Papua Tengah, Papua Pegunungan dan Papua Selatan. Ribuan tenaga bidan itu siap melakukan pelayanan guna menurunkan jumlah kasus stunting di Papua.
“Sebagai bidan yang sudah ditugaskan kepada kami terus melakukan tugas sesuai dengan tugas pokok dan fungsi kami. Ada indikator-indikator yang telah ditentukan oleh pemerintah, yang harus bidan lakukan,” kata Dionesia kepada Jubi pada Jumat (6/1/2023).
Dionesia menyatakan para bidan selama ini telah berupaya melaksanakan program pemerintah daerah dalam penanganan kasus stunting di Papua. Misalnya, melakukan pemeriksaan terhadap ibu hamil di fasilitas kesehatan, dan memberikan penyuluhan kepada ibu hamil untuk memeriksa kesehatan sebanyak enam kali selama periode kehamilan.
Dionesia menyatakan para bidan yang bertugas di daerah juga diharuskan melakukan kunjungan rutin selama empat kali bagi keluarga atau ibu setelah kelahiran. Paling tidak, bidan harus mengunjungi keluarga, terutama ibu hamil, di daerah masing-masing bidan bertugas.
“Itu semua dilaksanakan oleh bidan. Turunkan stunting diperuntukkan bagi keluarga di mana kami [para bidan] bertugas,” ujarnya.
Ketua Pengurus Cabang IBI Kabupaten Keerom, Dominggas Toto menyatakan upaya pencegahan stunting di Kabupaten Keerom dilakukan melalui kelas ibu hamil. Saat ini, ada 102 bidan yang melakukan pelayanan di Kabupaten Keerom.
“Lewat kelas-kelas ibu hamil, ibu balita. Yang banyak itu ke kelas ibu hamilnya, karena ibu hamil itu yang harus dipersiapkan supaya ibu hamilnya tidak gizi buruk [saat] bayi dalam kandungan, atau saat melahirkan bayinya tidak stunting,” katanya.
Toto menyatakan stunting harus benar-benar dipahami oleh para ibu, supaya mereka bisa melakukan pencegahan. Maka dari itu, kelas ibu hamil itu juga diikuti pasangan pengantin.
“Jadi kami mencegah stunting itu mulai pasangan pengantin. Pendampingan sejak kepada pasangan pengantin [yang berencana memiliki anak]. Supaya dia [pasangan] paham benar apa itu stunting. Kalau tidak paham, akan sulit [mencegah stunting],” katanya. (*)