Biak, Jubi – Pemerintah Kabupaten atau Pemkab Biak Numfo, Papua melalui dinas kesehatan mulai 2023 memberikan layanan kesehatan reproduksi bagi pasangan calon pengantin untuk mencegah secara dini terjadinya kasus gizi buruk dan stunting atau tumbuh kerdil pada anak balita.
“Bimbingan layanan kesehatan reproduksi bagi pasangan usia muda yang akan menikah sangat penting karena di keluarga pertama kali mencegah kasus gizi maupun stunting,” kata Kepala Dinas Kesehatan Biak Daud N.Duwiri di Biak, Senin (2/1/2023).
Kadis Kesehatan Duwiri mengatakan, untuk bisa melakukan pencegahan dini stunting dalam keluarga menjadi kebijakan Bupati Herry Ario Naap mewujudkan generasi penerus Biak religius, berkarakter berbudaya sehat dan cerdas.
Disebutkan, pihak Dinkes akan bekerja sama dengan lembaga KUA dan gereja memberikan bimbingan perkawinan kesehatan reproduksi bagi pasangan calon pengantin.
Melalui bimbingan perkawinan pra nikah bagi remaja usia nikah, menurut Daud Duwiri, dimaksudkan untuk memberikan layanan kepada remaja yang sudah siap memasuki usia menikah agar mengetahui dengan benar adab dan syarat pernikahan dan kesehatan reproduksi, ujarnya.
Diakui Daud, layanan bimbingan reproduksi akai dilakukan pemeriksaan kesehatan sejak belum menikah hingga memasuki jenjang perkawinan secara gereja atau dilakukan KUA.
“Waktu idealnya layanan kesehatan reproduksi dan bimbingan perkawinan diberikan paling cepat tiga bulan sebelum tanggal pernikahan untuk mengetahui status kesehatan bagi pasangan calon pengantin, ” harap Kadis Kesehatan Daud Duwiri.
Dengan adanya layanan kesehatan reproduksi di waktu persiapan bimbingan pernikahan, lanjut Daud Duwiri, untuk memberikan waktu pengobatan apabila ditemukan masalah kesehatan guna mencegah penularan penyakit kepada pasangan calon pengantin.
“Layanan kesehatan reproduksi pra nikah untuk mempersiapkan kehidupan rumah tangga yang sehat untuk menghasilkan keturunan anak-anak asli Papua yang sehat dan berkualitas, ” sebut Daud.
Di saat pemeriksaan pasangan calon pengantin, lanjut Duwiri, akan diberikan pertanyaan tentang keluhan kesehatan yang sedang alami, riwayat kesehatan hingga deteksi dini adanya masalah kejiwaan.
Ia mengakui, kesehatan reproduksi sering disalah artikan secara sempit hanya sebagai hubungan seksual saja namun melihat kondisi pasangan calon pengantin secara menyeluruh.
“Pemeriksaan dilakukan mulai kesehatan fisik, mental, dan sosial yang sangat penting untuk dimengerti oleh remaja sehingga tidak melulu membahas mengenai hubungan seksual tetapi tentang kehidupan berumah tangga, ” katanya.
Kadis Daud Duwiri berharap, layanan kesehatan reproduksi pada program bimbingan perkawinan diharapkan mampu meminimalisir dampak buruk perkawinan bagi remaja usia nikah seperti menurunkan angka perceraian serta pencegahan masalah kesehatan gizi buruk dan stunting.
Berdasarkan data pada tahun 2022 kasus stunting anak Biak Numfor mencapai enak persen sudah di bawah angka nasional 24,4 persen dan tahun 2024 ditargetkan turun 14 persen. (*)