Jayapura, Jubi – Dinas kesehatan Provinsi Papua terus mendorong delapan kabupaten di provinsi ini untuk mencapai Eliminasi Malaria pada 2029.
Kepala Balai Pengendalian Penyakit Aids TBC & Malaria (P2-ATM) Dinkes Provinsi Papua, dr. Beeri IS Wopari, M.Kes mengatakan tahapan program sebagai upaya pencegahan, pengendalian malaria dan pendampingan terus dilakukan di sejumlah sejumlah kabupaten tersebut untuk mencapai target eliminasi malaria sesuai waktu yang ditetapkan.
“Saat ini kita sudah punya 8 kabupaten yang dinas Kesehatan Provinsi persiapkan bersama kabupaten terkait, untuk masuk atau menuju pada eliminasi malaria. Tentu melalui tahapan-tahapan pre-eliminasi malaria yaitu antara lain kabupaten Biak, Numfor, Supiori, Jayawijaya Lanny Jaya dan juga beberapa kabupaten lain,” katanya di Jayapura, Senin (25/4/2022).
Menurutnya, tahapan eliminasi malaria dapat dilihat dari sejauh mana program atau manajemen program mendorong upaya pencegahan dan pengendalian malaria sudah dilakukan, sehingga terjadi penurunan kasus malaria di setiap kabupaten.
“Tentu satu persatu dari beberapa kabupaten ini akan kita dampingi melalui self assessment atau menilai diri sendiri oleh teman-teman kabupaten. Ada tools yang dipakai dan sebagainya sehingga kita bisa melihat sejauh mana persiapan mereka yang sifatnya lintas sektoral lintas program.”
Sampai hari ini masih banyak kasus positif malaria di Indonesia, terutama beberapa daerah yang termasuk endemis tinggi karena mempunyai jumlah penderita malaria lebih dari 5 per 1000 penduduk.
Kebanyakan daerah endemis malaria terjadi di Indonesia Timur, seperti Provinsi Papua, Provinsi Nusa Tenggara Timur, dan Provinsi Papua Barat. Sebab itu eliminasi malaria telah menjadi program nasional dan dilaksanakan secara bertahap dimulai dari tahun 2010 hingga tahun 2030
“Salah satu tantangan yang ada adalah pelaksanaan pencegahan pengendalian malaria ini, belum bisa terlaksana maksimal secara lintas sektoral. Walaupun kami provinsi sudah mendorong melalui wadah yang namanya malaria centre yang dikomandoi oleh Bappeda kabupaten kota maupun provinsi. Tetapi ada beberapa tempat kabupaten yang terlaksana secara baik,” katanya.
Untuk kabupaten yang sudah terlaksana dengan baik, kata Wopari, progres penurunan kasus malaria juga terlihat baik. Ada dua indikator yang dipakai untuk mengukur mengukur progress atau kemajuan eliminasi malaria, yaitu penurunan jumlah kasus kesakitan karena malaria dan turunnya annual parasit insiden sampai dengan di bawah pada ada 1/1000 penduduk.
“Jadi ada upaya yang walaupun turun tidak tajam, perlahan tetapi progres positifnya, sudah terlihat. Di situ yang nanti kita ukur dengan indikator-indikator kunci di program malaria. Sementara [indikator] dari sisi manajemen dokumen pencatatan laporan, ketersediaan tenaga terlatih untuk pencegahan pengendalian malaria, jika itu dilakukan secara keseluruhan, nanti bisa membawa kita Papua menuju eliminasi malaria.”
Wopari menegaskan eliminasi malaria itu bukan sebuah program, tetapi sebagai upaya bersama untuk menurunkan kesakitan dan kematian akibat malaria. Sehingga dengan adanya peran aktif dan upaya bersama dari lintas sektor hingga masyarakat, sangat berperan penting dalam pengendalian malaria di Tanah Papua. (*)
Discussion about this post