Sentani, Jubi – Tokoh Papua, Pendeta Dr Benny Giay menyampaikan rasa duka citanya yang mendalam atas berpulangnya mantan Gubernur Papua, Lukas Enembe pada Selasa (26/12/2023). Giay mengimbau masyarakat Papua tetap bersikap tenang dan fokus untuk memberikan penghormatan kepada Lukas Enembe, pemimpin besar yang telah banyak berbuat bagi Tanah Papua.
“Mari kita hormati kita punya pimpinan besar ini, dengan menyambut dia baik, dan kuburkan dia secara bermartabat. Kalau kita sambut orang mati, itu kesempatan kita ingat hal-hal baik yang dia sudah buat. Setelah itu kita lanjutkan hal-hal baik yang dia mau buat, tapi dia tidak selesaikan, mari kita lanjutkan,” kata Giay saat dihubungi melalui panggilan telepon pada Selasa.
Lukas Enembe meninggal dunia di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Jakarta, pada Selasa. Kuasa hukum Lukas Enembe, Petrus Bala Pattyona menyatakan Lukas Enembe meninggal karena sakit gagal ginjal yang dideritanya.
Pdt Benny Giay mengaku sangat terkejut mendengar kabar berpulangnya Enembe. “Berita itu sangat mengguncang kami. Kami tidak siap [menerima kabar itu]. Tadi malam kami berbincang dengan berapa anggota DPR Papua, berharap Lukas Enembe segera sehat. Tapi siang ini kami terima berita kematian [Lukas Enembe]. Berita itu berat kami terima,” ujar Giay.
Giay menilai Lukas Enembe adalah pemimpin besar yang telah menggerakkan pembangunan di Tanah Papua hingga ke daerah yang paling terpencil. “Sejak Pak Lukas Enembe menjadi Gubernur pada 2013 sampai dia diturunkan, Enembe adalah mesin penggerak pembangunan [di Tanah Papua]. Ia membuat gerakan untuk menghidupkan masyarakatnya, membawa harapan [kepada] kami. Pasti sebagian [pihak yang] lain merasa dia ganggu, dia bikin rusak, ya wajar saja itu. Tapi bagi sebagian masyarakat Papua, Enembe menjadi injeksi energi baru di Dok II, sejak 2013,” katanya.
Menurutnya, Enembe telah membuat berbagai langkah besar yang akan dicatat dalam sejarah. “Saya kira, sebagian besar masyarakat termasuk saya sendiri [mengapresiasi] banyak hal. Termasuk penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional XX Papua, pembangunan yang sampai ke wilayah terpencil, yang sebelum 2013 tidak tersentuh,” ujarnya.
Pdt Benny Giay juga memuji besarnya perhatian Lukas Enembe terhadap pelayanan pendidikan bagi Orang Asli Papua. “Perhatiannya [untuk bidang] pendidikan, [mengirim mahasiswa asli Papua] ke luar negeri, walaupun sekarang saya dengar mahasiswa Papua di luar negeri dipersulit. Jadi saya kira dia cukup energik. Kami kehilangan dia dari [sisi] itu,” kata Giay.
Ia juga menilai Enembe sebagai tokoh yang tetap berani bersikap kritis kendati telah menjadi Gubernur Papua. “Suara kritis dia sebagai seorang pejabat [menunjukkan] dia punya nurani tidak dibungkam oleh birokrasi, seorang Gubernur yang bekerja dengan hati. Semua orang bisa klaim ‘saya’, ‘saya’, tapi tidak semua orang bisa seperti apa yang Lukas Enembe bikin,” ujar Giay.
Giay menyatakan Lukas Enembe menjadi Gubernur Papua yang terus berupaya memberdayakan gereja. “Perhatian dia terhadap gereja itu karena [dia sadar bawah ketika] Indonesia belum lahir, gereja sudah ada di sini. Dia sisihkan uang pembangunan untuk gereja, yang dia bilang persembahan, berapa persen untuk bantuan keagamaan. Walaupun ada penyalahgunaan, atau ada penggunaan uang itu tidak bisa dipertanggungjawabkan, tetapi dia mengakui kehadiran gereja sebagai lembaga yang sudah alama ada di sini, jauh sebelum NKRI berdiri,” katanya.
Giay juga menandaskan bahwa Lukas Enembe adalah Gubernur Papua pertama yang berasal dari daerah pegunungan tengah Papua, wilayah yang terpencil dan sulit diakses, wilayah yang mengalami berbagai keterbatasan pelayanan pendidikan maupun pelayanan kesehatan. Bagi Giay, pencapaian karir politik Enembe hingga mampu menjadi Gubernur Papua luar biasa.
“Bagi kami orang gunung, dia Gubernur Papua penting, karena sebelumnya semua Gubernur Papua bukan orang gunung. Selama 20 tahun [karis politiknya], dia berbuat luar biasa. [Sebagai Gubernur Papua dua periode], dia kasih tunjuk bagaimana [orang gunung juga] bisa duduk di Dok II. Kalau lihat Enembe, lihat dari fakta dia punya kerja, selama dua periode dia tinggalkan jejak di situ,” ujarnya.
Giay tidak menampik bahwa Lukas Enembe dibayang-bayangi kasus korupsi. Akan tetapi, Giay mengingatkan bahwa Lukas Enembe menjadi Gubernur Papua dalam sebuah sistem pengelolaan keuangan negara yang sudah rusak, yang membuat siapapun yang berada di dalam sistem itu sulit lepas dari bayang-bayang korupsi.
“Pasti ada segala macam bahasa. Kalau Negara ini bersih dari korupsi, dari A sampai Z, kalau Negara ini bersih dari KKN, kita bisa bicara banyak tentang korupsi dan KKN. Tetapi, sistem ini sudah rusak. Jadi, kalau kita harap dia bersih dari korupsi, itu [seperti] kita paksa dia menjadi malaikat di Indonesia yang sudah rusak.”
“Saya kira, saya kadang-kadang optimisme dan semangat ada. Ada orang kita [menjadi Gubernur Papua] dulu Pak Suebu, itu orang-orang yang bisa [memimpin Papua]. Kalau kita kritik dorang [yang menjadi pejabat], bagus juga. Tetapi kita harus terima bahwa kita punya pejabat, termasuk [dorang yang menjadi Gubernur Papua] itu, dong hadir dalam sistem negara yang rusak, korupsi merajalela. Satu orang masuk, seharusnya dia bersih, tapi bagaimana kalau sistemnya sudah rusak? Keluar-masuk, semua korupsi, tenggelam dalam korupsi. Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi saja rusak. Saya tidak mengharap saya punya orang-orang menjadi malaikat, karena sistemnya sudah begitu. Saya berterima kasih kepada mereka. Elit Papua itu mengalami korban dalam sistem yang sudah rusak,” kata Pdt Benny Giay. (*)
Untuk melihat lebih banyak content JUBI TV, click here!