Nabire, Jubi -“Noken sebagai jati diri kami, akan mengantarkan kami berkompetisi di dunia Internasional. Noken itu hikmat dari Tuhan yang kasih Noken menghidupi kita dan akan membawa keluar,”.
Itu harapan yang disampaikan Helena Kotouki, salah satu perajin Noken di sela-sela diskusi yang diselenggarakan oleh Solidaritas Perempuan Bersatu, memeperingati Hari Noken Sedunia yang jatuh pada 4 Desember 2023. Kegiatan tersebut digelar di pantai Wakimanor, Nabire, Papua Tengah, Senin (4/12/2023).
Noken adalah tas tradisional yang dianyam dari tali kecil yang terbuat dari kulit kayu tumbuhan, rotan, daun pandan, anggrek hutan, atau serat tumbuhan. Noken telah digunakan oleh masyarakat Papua selama berabad-abad dan memiliki nilai budaya yang tinggi.
Noken ditetapkan menjadi Warisan Budaya Tak benda oleh Organisasi untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa Bangsa atau UNESCO, pada 4 Desember 2012.
Kotuki mengatakan, mama mama Papua tidak selalu berpandangan Noken laris di tingkat Papua saja tetapi mereka selalu memunyai visi untuk memajukan Noken di tingkat internasional.
“Kami bermimpi bahwa suatu ketika Noken dijual di dalam toko toko di luar negeri, dijual oleh orang Papua sendiri,” katanya.
“Saya membuat Noken dengan hati, menjual juga dengan hati, harus bersabar meski terkadang pembelinya kurang,” katanya.
Kotouki mengajak perajin Noken khususnya anak- anak muda tidak boleh malu membuat Noken, apalagi menjualnya.”Kita harus berdiri dari hasil usaha kami sendiri, untuk menghidupi keluarga kami masing masing,” katanya.
Kotouki mengatakan, noken diwariskan sehingga harus didorong sebuah peraturan daerah khusus.
“Dewan Perwakilan Daerah Provinsi Papua Tengah, bahkan Kabupaten Nabire untuk segera membuat peraturan daerah khusus terkait dengan noken,” katanya berharap.(*)