Jayapura, Jubi – Sebuah studi ilmiah mengenai keberadaan dan perilaku hiu akan segera dilanjutkan di Provinsi Selatan Kaledonia Baru. Penelitian ini, di mana ada dua insiden pada Februari tahun lalu, memicu kampanye pemusnahan ikan hiu tanpa pandang bulu.
“Kampanye serupa yang dimulai lima tahun lalu juga fokus kepada hiu macan dan hiu bulldog, namun gagal,” demikian dikutip dari https://www.rnz.co.nz, Sabtu (4/5/2024).
Proyek baru ini akan dilaksanakan bekerja sama dengan Institut Penelitian Perancis, Institute of Research for Development (IRD).
Senjata itu akan ditempatkan di tujuh lokasi di Provinsi Selatan, Kaledonia Baru, termasuk pantai di Nouméa.
Penelitian akan melibatkan penandaan dua ratus spesimen hiu macan dan bulldog sehingga pergerakan dan perilaku mereka dapat dipantau berkat pemancar yang ditanamkan di perut mereka.
Peneliti IRD Laurent Vigliola pada konferensi pers mengatakan bagian lain dari penelitian ini akan bergantung kepada ‘DNA lingkungan’ yang melibatkan pengumpulan sampel air laut untuk mendeteksi jejak sel hiu.
“Dengan menggunakan semua teknologi ini, kami akan mencoba membuat semacam pemetaan tempat di mana (hiu) lebih banyak terdapat secara musiman,” katanya.
Studi ini dijadwalkan akan dilakukan selama empat tahun dengan perkiraan biaya sekitar US $ 2 juta, dan didanai bersama oleh Perancis sebesar 75 persen.
Pada Januari dan Februari 2023, tiga serangan hiu terjadi di pantai Nouméa dan satu turis Australia meninggal.
Hal ini memicu kampanye pemusnahan sistematis sebagai tanggapan ketika sekitar 120 hiu bulldog dan hiu macan dibunuh di Teluk Nouméa.
Pemusnahan tersebut dihentikan oleh serangkaian keputusan pengadilan yang membatalkan keputusan yang dibuat oleh Pemerintah Kota Nouméa.
Pengadilan membenarkan keputusannya dengan menunjukkan bahwa pengetahuan ilmiah tidak cukup untuk melakukan pemusnahan sistematis ini, yang juga menyebabkan kerusakan besar pada spesies non-hiu lainnya.(*)
Discussion about this post