Jayapura, Jubi – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi Kelas III Jayapura, pada Rabu (4/10/2023) telah mengeluarkan prakiraan musim hujan di penghujung 2023 hingga awal 2024 nanti di wilayah Provinsi Papua, Papua Tengah maupun Papua Pegunungan.
Kepala Stasiun Klimatologi Jayapura Sulaiman, saat kegiatan press release prakiraan musim hujan 2023/2024 di wilayah utara Provinsi Papua, Rabu (4/10/2023) melalui zoom meeting mengatakan, terdapat beberapa perubahan dari rata-rata hujan di normal iklim terbaru. Secara langsung memengaruhi dan mengubah pewilayahan zona musim di Indonesia.
Sebelumnya masyarakat mengetahui, terdapat 342 Zona Musim (ZOM) dan 65 Non Zona Musim (Non ZOM). Dari normal iklim terbaru diketahui terdapat penambahan ZOM menjadi 699 ZOM yang terbagi menjadi 3 Tipe Musim Utama dan 9 Sub-Tipe Musim.
“Meskipun saat ini kondisi iklim masih dipengaruhi El Nino yang masih berlangsung hingga awal 2024, namun musim hujan tetap terjadi, ini tetap suatu kejadian yang harus disampaikan kepada masyarakat umum,” kata Sulaiman.
Musim hujan ini juga akan memberikan dampak di berbagai sektor seperti transportasi, proses pembangunan juga pertanian. Pasalnya, wilayah utara Provinsi Papua sebagai salah satu wilayah di Indonesia juga mengalami perubahan ZOM dimana sebelumnya terdapat 3 ZOM dan 5 Non ZOM, saat ini menjadi 30 ZOM yang terbagi menjadi 17 ZOM tipe Monsunal-1, 5 ZOM tipe Monsunal-2, 4 ZOM tipe Lokal-1, dan 4 ZOM tipe Ekuatorial-1.
Berdasarkan kondisi atmosfer dari update data September Dasarian III 2023 yang dirilis oleh BMKG, kondisi El Nino-Southern Oscillation atau ENSO terpantau saat ini berada pada kondisi El Nino Moderat (+1.68) dan diprakirakan akan terus berlangsung hngga Februari 2024.
Kemudian kondisi Dipole Mode saat ini berada dalam kondisi Indian Ocean Dipole atau IOD Positif (+1.78) dan diprakirakan akan terus terjadi hingga akhir tahun 2023.
Kondisi suhu muka laut di wilayah Indonesia, terpantau berada dalam kondisi lebih dingin dan diprakirakan dalam kondisi lebih dingin di wilayah Indonesia bagian barat, hangat di wilayah laut Natuna Utara dan Laut Jawa hingga Desember 2023.
“Untuk wilayah Papua suhu muka laut terpantau dalam kondisi dingin di Laut Arafuru dan netral hingga hangat di perairan utara Papua. Kondisi laut diprakirakan akan menghangat dan berlangsung hingga Maret 2024,” katanya.
Dari kondisi atmosfer tersebut, musim hujan 2023/2024 di wilayah Provinsi Papua, Papua Tengah dan Papua Pegunungan diprakirakan cenderung maju dan sama dibandingkan dengan normalnya.
Musim hujan diprakirakan masuk di bulan September – Oktober 2023 dimulai Jayawijaya, Lanny Jaya, Mamberamo Tengah bagian selatan, Yalimo bagian barat daya, Tolikara bagian selatan, Yahukimo bagian tengah, Puncak bagian timur, Puncak Jaya bagian selatan, Pegunungan Tengah bagian tengah dan barat, Yalimo bagian barat yang akan memasuki musim hujan di pertengahan bulan September 2023 (September II).
Kemudian untuk wilayah Keerom bagian Tengah akan memasuki musim hujan di akhir bulan September 2023 (September III). Kemudian untuk wilayah Keerom bagian barat laut dan Sebagian Jayapura, Keerom bagian selatan, Jayapura bagian tenggara, Pegunungan Bintang bagian utara, Yahukimo bagian utara, Yalimo bagian utara diprakirakan masuk musim hujan di awal Oktober 2023 dan wilayah Jayapura bagian utara, Sarmi bagian timur yang akan memasuki musim hujan di pertengahan bulan Oktober (Oktober II).
“Sifat musim hujan diprakirakan normal dan perbandingan dengan normalnya diprakirakan sebagian besar maju dari normalnya dan puncak musim hujan akan terjadi di bulan Februari 2024,” katanya.
Kemudian untuk durasi musim hujan atau lama musim hujan akan berlangsung diprakirakan berlangsung selama 25 – 33 dasarian atau 7 – 10 bulan. Kondisi atmosfer yang terjadi menunjukkan adanya El Nino Moderat yang berpengaruh pada pengurangan curah hujan di wilayah Indonesia.
Namun, adanya faktor lokal berupa perairan di wilayah Papua yang cenderung hangat dan akan menghangat hingga akhir 2023 sehingga musim hujan akan tetap berlangsung dengan kondisi normal, sehingga perlu menjadi perhatian bagi masyarakat akan potensi adanya bencana hidrometeorologis seperti banjir dan tanah longsor serta dihimbau untuk mengelola wilayah tempat tinggal untuk menghadapi potensi tersebut.
“Masyarakat juga diimbau untuk memperbaharui informasi cuaca dan iklim melalui kanal media sosial milik BMKG atau dapat mendapat informasi langsung di kantor BMKG terdekat,” ujarnya. (*)