Jayapura Jubi β Film Dokumenter berjudul Insar Syasewar Kombrof (Nenek penangkap gurita) , yang disutradaraiΒ Ones J Msen keluar sebagai juara satu pada kompetisi Festival Film Papua (FFP) V di Biak. Film yang berdurasi 20:52 menit tersebut menceritakan keseharian Mama Mina Mayor dari Kampung Insrom, Biak Numfor, menangkap gurita di laut.
βInsar seorang nenek asal Biak, Papua yang menjalani aktivitas menangkap gurita di laut. Orang-orang di kampungnya menyebut Mama Mina sebagai Sasewar Kombrof (penangkap gurita),β kata sutradara Ones J Msen kepada Jubi, Rabu (10/9/2022).
Msen mengatakan, sebagai seorang perempuanΒ di usia senja,Β Mama Mina masih tetap kuat dan bugar mendayung perahunya ke pantai untuk Molo (menyelam) dan menangkap gurita . βHasil tangkapannya biasa dijualnya ke pasar untuk memenuhi kebutuhan keluarganya,β katanya.
Sementara itu pemenang lomba urutan kedua berjudul, Gereja, Sutradara Andreas Wahyu. Film berdurasi 08:35 menit ini menceritakanΒ peran gereja Katolik di Keuskupan Agats, Papua, yangΒ memberikan ruang yang luas bagi kebudayaan atau adat dalam kehidupan gereja.
βDalam video tersebut menceritakan tentang warga yangΒ mengungkapkan dan berekspresi tentang tradisi dan budayanya dalam kehidupan menggereja di Keuskupan Agats. Sehingga tradisi/adat dan Gereja berjalan bersama dan saling melengkapi,β katanya.
Pemenang lomba urutan ke 3 yang disutradarai oleh Bony Lany. Film bertajuk, Sa Pu Bahasa Sa Pu Jati Diri. Film yang berdurasi 11:50 menit ini berkisah tentang bagaimana usaha para kaum muda yang menyelamatkan bahasa daerahnya.
βKomunitas muda yang hidup di Lembah Baliem, Wamena ini merasa bahwa bahasa daerahnya kian lama semakin tergusur oleh kemajuan dan bahasa dari luar sehingga harus ada proteksi agar Bahasa daerah tetap dijaga,β katanya.
Lanny mengatakan, pihaknya mempunyai alternatif tersendiri untuk melestarikan bahasa daerah Baliem dengan mewajibkan bahasa daerah di rumahnya.
βMereka menerapkan kepada anak-anak usia SD-SMA yang berada di sekitaran kompleksnya, agar dalam kesehariannya tetap berbahasa daerah Baliem,β katanya.
Sementara itu pemenang lomba dengan juara harapan jatuh padaΒ film berjudul Festival Ulat Sagu, sutradara Yosep Levi. Film yang berdurasi 14:27 menit ini berkisah tentang usaha warga di Kampung Yoboi, Kabupaten Jayapura, Papua, untuk tetap mempertahankan pangan lokal.
βSalah satunya pangan lokal adalah ulat sagu.merekaΒ mengadakan festival ulat sagu. Festival yang dilakukan bukan hanya sekadar seremonial,Β tetapi lebih mengajak pihak luar manfaat sagu dan kebutuhan warga akan sagu dalam kehidupannya,β katanya.
Ketua Panitia FFP V, Timotius Rumansara menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang terlibat dalam proses pembuatan film Dokumenter.
β Saya menyampaikan selamat kepada para peserta pemenang lomba. Jangan puas dengan hasil lomba tetapi terus berkarya untuk mendokumentasikan kehidupan orang Papua dalam film ,β katanya. (*)
Discussion about this post