Jayapura, Jubi – Panglima Kodap XI Odiyai/Dogiyai Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat atau TPNPB, Jonathan M Pigai menyatakan pihaknya menolak dengan tegas pemekaran Papua untuk membentuk tiga provinsi baru di Papua maupun Otonomi Khusus Papua. Pigai menyatakan pihaknya akan terus melakukan perlawanan bersenjata terhadap TNI/Polri.
Pigai menyatakan perlawanan Kodap XI Odiyai/Dogiyai TPNPB itu akan tetap dilanjutkan jika nanti Dogiyai telah disatukan dalam Provinsi Papua Tengah. “Kalau pemerintahan [Provinsi] Papua Tengah berjalan, kami akan perang melawan TNI/Polri sampai Papua merdeka,” kata Pigai dalam keterangan pers tertulisnya pada Jumat (1/7/2022).
Pigai mengatakan pernyataan bersama TPNPB Wilayah Dogiyai itu dikeluarkan bertepatan dengan peringatan 51 tahun peristiwa proklamasi Negara Papua Barat yang terjadi pada 1 Juli 1971. “Kami berterimakasih kepada ke enam batalion Kodap XI Odiyai/Dogiyai TPNPB yang berpartisipasi, sehingga kegiatan [peringatan peristiwa 1 Juli 1971] terlaksana dengan aman,” katanya.
Pigai mengatakan peringatan yang dilakuan TPNPB di Kabupaten Dogiyai itu dihadiri para komandan batalion Kodap XI Odiyai/Dogiyai TPNPB. “[Acara itu diikuti] Batalion I Maakewapa, Batalion II Bintang Fajar Timur, Batalion III Degeianouda, Batalion IV Rimba Ribut Egaidimi, Batalion V Maagotadi, dan Batalion VI Muara Edege. Peringatan itu dihadiri oleh komandan batalion dan semua personel prajurit, sekitar 2.800 orang ikut dalam peringatan hari kemerdekaan bangsa Papua,” katanya.
Secara terpisah, mantan narapidana politik Papua, Papua Filep Karma juga menyampaikan refleksinya atas peringatan deklarasi kemerdekaan Negara Papua Barat yang dilakukan Zet Yafet Rumkorem dan Jacob Pray di Markas Besar Organisasi Papua Merdeka, Victoria, Port Numbay, Papua, pada 1 Juli 1971. Karma menyatakan perjuangan Papua untuk merdeka sudah diketahui masyarakat internasional.
Karma menyatakan bahkan masyarakat internasional ikut memperjuangkan upaya Papua untuk merdeka. “Jadi, suka atau tidak suka, cepat atau lambat, dengan kehendak Raja Yesus Yang Maha Kuasa, orang Papua saat ini harus mengambil sikap bijak. Jangan mau dipermainkan dengan ide devide et impera atau politik pecah belah oleh pemerintah Indonesia. Sekarang dorang adu domba untuk yang mendukung pemekaran dan tolak pemekaran [Papua], itu dipakai untuk mengadu domba [sesama] orang Papua sendiri, yang korban orang Papua sendiri,” kata Karma.
Karma mengatakan masih ada orang yang berlaku seperti anak kecil yang mudah dipengaruhi dengan gula-gula politik. Menurutnya, hal seperti itu tidak perlu ditanggapi. Karma mengajak rakyat Papua untuk tidak bersikap anti Indonesia, dan terus memperjuangkan kemerdekaan Papua dengan cara-cara damai.
“Biarkan saja mereka [yang mudah dipengaruhi dengan gula-gula]. Kita [harus terus] membuat seminar atau ulasan ilmiah, muat di media atau media sosial. Jadikan itu pendidikan bagi orang Papua, agar yang belum sadar itu terbuka pikirannya, supaya dia tahu ‘saya ini ditipu’,” kata Karma. (*)
Discussion about this post