Jayapura, Jubi – Staf Direktorat Informasi dan Data Auriga Nusantara, Reza Widyananto, mengatakan penggunaan aplikasi Mapbiomas dan Trase itu akan memperkuat kerja para jurnalis dalam mengadvokasi kasus kerusakan lingkungan di Indonesia dan secara khusus di Papua.
Menurutnya data dari aplikasi itu dapat dijadikan data pembanding untuk menganalisa perubahan dan kerusakan lingkungan sebuah wilayah.
“Data itu bisa di manfaatkan sebagai data pembanding yang dapat digunakan untuk data analisis apa yang sebenarnya terjadi di situ. Perubahan [itu bisa dikaitkan] dengan hal-hal lain seperti ekonomi masyarakat, tata guna lahan. Hal itu bisa digunakan [untuk melihat] apakah pemerintah sudah tepat memberikan status kawasan terhadap yang ada sekarang ini,” kata Reza kepada jurnalis di Jayapura, Kamis (7/4/2022).
Reza menjelaskan dengan menggunakan aplikasi Mapbiomas bisa memperlihatkan peta serial tutupan lahan, tambang dan perkebunan kelapa sawit. Bahkan dapat memperlihatkan rupa bumi sejak 2000 hingga 2019.
“Jadi, [kita bisa melihat] dari tahun ini ada tutupan lahan yang beralih fungsi. Itu yang tidak ada di platform lain, [rincian perubahan] dari klas tutupan apa ke klas tutupan apa,” katanya.
Reza menyatakan berdasarkan kunjungan ke beberapa daerah seperti di Palu dan Kalimantan telah terjadi deforestasi. Bahkan di Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara ada tutupan dari hutan mangrove menjadi tambang. Semua data deforestasi itu terdapat di dalam data Mapbiomas.
“Kami [Auriga] juga melakukan kunjungan ke beberapa daerah di Indonesia untuk menyosialisasikan aplikasi Mapbiomas,” ujarnya
Sedangkan Ramadan Febrian dari Auriga Nusantara menjelaskan aplikasi Trase merupakan platform untuk melacak aliran hasil ekstrasi sumber daya alam dari sektor industri hulu hingga sektor industri hilir.
“Jadi ini untuk mengetahui dari kebun hingga ke pasarnya. Kalau untuk sawit, [kita bisa mengetahui aliran] itu dari pabrik sampai ke negara tujuannya. Itu cara kerja Trase,” kata Ramadan.
Ramadan mengatakan di Indonesia aplikasi Trase ini masih sebatas digunakan untuk melacak penjualan palm oil dan pulp atau bubur kayu sejak 2015 sampai 2020. Pihaknya sedang mengembangkan agar dapat digunakan untuk melacak sektor sumber daya alam lainnya.
Wartawan lintaspapua.com, Putri Kurita, mengatakan aplikasi Mapbiomas sangat bagus sekali karena hanya dengan mengakses platform itu sudah bisa mengecek lokasi seperti tambang hingga kebun kelapa sawit. Sedangkan Trase membantu mengetahui aliran sumber daya alam dari daerah asal hingga negara ekspor.
“Bahkan tidak perlu punya akun untuk mendaftar,” ujarnya.
Kurita mengatakan ke depannya aplikasi perlu lebih dikembangkan lagi lalu disosialisasikan juga kepada masyarakat supaya masyarakat juga tahu mengenai aplikasi tersebut.
“Mungkin mereka bisa lebih tambahkan lagi secara rinci mengenai batas wilayah adat,” katanya.
Jurnalis senior Papua, Dominggus A Mampioper, mengatakan kedua aplikasi itu sangat bermanfaat bagi jurnalis. Sebab ketika menulis soal data deporestasi hutan, jurnalis bisa membandingkan data dari Auriga dan juga dari pemerintah.
“Ketika berbicara itu [jurnalis] membutuhkan data. Selama ini kita hanya bicara adanya kerusakan hutan, tapi tidak ada data yang menggambarkan itu dengan kuat. Kehadiran [aplikasi itu] juga dapat membantu warga,” ujar Mampioper. (*)
Discussion about this post