Jayapura, Jubi – Kepala Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi Dinas Kesehatan Provinsi Papua, drg Christina Siregar M.Kes menyatakan kasus stunting di Papua masih tinggi. Hal itu didasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia atau SSGI pada 2022.
Siregar menyatakan data SSGI pada 2022 menunjukkan prevalensi stunting di Papua mencapai sebesar 34,6 persen. “Kalau ada 100 [anak ditemukan] 34 anak-anak yang stunting, cukup banyak,” kata Siregar saat ditemui di Kota Jayapura pada Senin (12/6/2023).
Siregar menyatakan data itu dihasilkan dari SSGI pada 2022 yang digelar di 29 kabupaten/kota yang tersebar di Provinsi Papua, Provinsi Papua Selatan, Provinsi Papua Tengah dan Provinsi Papua Pegunungan. Menurutnya, prevalensi stunting di keempat provinsi itu melebihi standar nasional yakni 24 persen.
“Kalau secara nasional 24 persen. Kita lebih. Secara nasional [tingkat prevalensi stunting Papua] jelek lah, itu kan beban,” kata Siregar.
Siregar menyatakan kasus stunting masih tinggi di Papua karena kurangnya kualitas asupan gizi bagi anak pada 1.000 hari pertama kehidupan mereka. Stunting juga disebabkan infeksi berulang-ulang, diare, Infeksi Saluran Pernafasan Atas, TBC.
Endemi malaria di Tanah Papua juga meningkatkan prevalensi kasus stunting, karena serangan malaria yang dialami ibu hamil dapat memicu stunting. Menurut Siregar, data survailans Dinas Kesehatan Papua pada Mei 2023 menunjukan ada 1.660 malaria terkonfirmasi di Provinsi Papua.
“Pada saat mengandung sakit juga berdampak stunting. Kalau ibunya sakit-sakit pertumbuhan janin pasti akan terganggu,” ujarnya.
Siregar menyatakan Dinas Kesehatan Provinsi Papua melakukan intervensi secara spesifik yang berhubungan dengan kesehatan. Diantaranya pemberian pil tambah darah bagi remaja, pil tambah darah bagi ibu hamil, hingga pemberian imunisasi. Selain itu, bagi calon pengantin disarankan melakukan pemeriksaan kesehatan untuk memeriksa status gizinya.
“Kalau [sampai calon ibu menderita] anemia, itu berpengaruh sekali terhadap stunting. Kalau anemia, dia [calon ibu akan] sangat kurus, [dan] sebaiknya tunda kehamilan. [Jika ada] penyakit menular lain, harus diobati dulu,” katanya. (*)