Jayapura, Jubi – Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila atau P5 adalah inisiatif yang bertujuan untuk menggali, memahami, dan menetapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari para pelajar.
Hal itu diungkapkan Plt Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Jayapura, Provinsi Papua, Abdul Majid, di Kantor Wali Kota Jayapura, Kamis (28/9/2023).
Abdul Majid mengatakan P5 untuk satuan pendidikan khususnya di Negeri Matahari Terbit, nama lain Kota Jayapura, agar bisa mengembangkan modul projek sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik, memodifikasi atau menggunakan modul projek yang disediakan sesuai dengan karakteristik daerah, satuan pendidik, dan peserta didik.
“P5 merupakan upaya untuk mewujudkan Pelajar Pancasila yang mampu berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, yaitu beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkebhinekaan global, gotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif,” ujarnya.
Kegiatan P5, dikatakannya, yaitu peserta didik memiliki kesempatan untuk mempelajari tema-tema atau isu penting seperti perubahan iklim, anti radikalisme, kesehatan mental, budaya, wirausaha, teknologi, dan kehidupan berdemokrasi.
“P5 Kurikulum Merdeka adalah sistem pembelajaran yang bertujuan untuk mengamati dan menyelesaikan permasalahan di sekitar melalui lima aspek utama, yaitu potensi diri, pemberdayaan diri, peningkatan diri, pemahaman diri, dan peran sosial,” ujarnya.
Berkebhinekaan global di tengah perkembangan zaman
Masyarakat tidak bisa lagi menghindar dari derasnya arus globalisasi saat ini. Globalisasi telah mempengaruhi segala aspek kehidupan, mulai dari ilmu pengetahuan, teknologi, sosial, hingga kebudayaan.
Seiring berjalannya waktu, pengaruh-pengaruh tersebut membawa dampak positif dan negatif kepada masyarakat khususnya peserta didik. Untuk itu, P5 merupakan upaya untuk mewujudkan Pelajar Pancasila yang mampu berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
Meski demikian, tidak mudah bagi peserta didik di Kota Jayapura untuk mengikuti arus perkembangan global, yang memiliki latar budaya, agama, dan suku yang beragam sehingga diperlukan edukasi mengenai wawasan global, nanum tidak menghilangkan kebhinekaan yang ada.
“Salah satu profil Pelajar Pancasila adalah karakter kebhinekaan global. Dalam hal ini, pelajar yang memiliki profil Pelajar Pancasila yang berkebhinekaan, memiliki semangat untuk mempertahankan budaya, lokalitas dan identitas, serta berpikiran terbuka dalam berinteraksi dengan sesama,” ujarnya.
Kebhinekaan lebih tertuju pada nilai nasional yang beraneka ragam terdapat suku bangsa, ras, agama, budaya, bahasa, dan lain-lain yang ada pada negara Indonesia khususnya di Kota Jayapura.
“Kebhinekaan global adalah perasaan menghormati keberagaman dan toleransi terhadap perbedaan yang ada satu sama lain, yang dialokasikan dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, maupun dalam lingkungan keluarga,” ujarnya.
Dengan berkebhinekaan global melahirkan pendidikan karakter yang dapat dijadikan siswa-siswi di Kota Jayapura saling membantu dengan sesama, beradap, dan sopan santun agar menghasilkan siswa yang unggul, kompeten, dan berdaya saing.
“Hidup di era globalisasi tidak menghapus jati diri bangsanya. Generasi Pelajar Pancasila yang berbhineka global akan tumbuh menjadi generasi yang menghargai budayanya, namun tidak menutup diri dari pengaruh luar untuk terus berdaya saing,” jelasnya.
Siswa-siswi diminta tidak mudah terprovokasi berita hoax
Hoax atau berita bohong adalah informasi yang sesungguhnya tidak benar adanya. Tujuan dari berita bohong adalah membuat masyarakat merasa tidak aman, nyaman, dan kebingungan.
“Oleh karena itu, saya meminta kepada anak-anakku siswa-siswi di Kota Jayapura agar jangan mudah terprovokasi dengan informasi yang sebenarnya belum pasti kebenarannya,” ujarnya.
Abdul Majid mencontohkan kejadian yang menimpa SMK Negeri 3 Teknologi dan Rekayasa Jayapura dengan SMA Negeri 1 Jayapura, belum lama ini, di mana peserta didiknya saling serang.
“Dengan peristiwa itu menjadi perhatian kita semua, dan ternyata setelah kami duduk diskusi dengan kepala sekolah SMA Negeri 1 maupun SMK Negeri 3 Jayapura ternyata informasi adalah sifatnya provokatif,” ujarnya.
Abdul Majid berpesan kepada peserta didik agar merawat Kota Jayapura, sehingga bisa melakukan aktivitas pendidikan dengan aman, damai, dan nyaman terutama dalam proses belajar mengajar.
“Anak-anakku peserta didik yang ada di Kota Jayapura jangan mudah diprovokasi. Percayakanlah bapak ibu guru dan kepala sekolah menjadi perwakilan orang tua kita, jangan mengambil tindakan sendiri yang nanti akan merugikan diri kita sendiri tapi juga kepala sekolah kena imbasnya,” ujarnya.
“Saya juga berharap agar setiap jenjang pendidikan menekankan pendidikan karakter kepada peserta didiknya, baik berperilaku baik, sopan, menghargai sesama teman dan menghargai teman yang lebih tua, menghargai bapak ibu guru, dan menghargai orang tua di rumah,” jelasnya.
Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kota Jayapura, Raimondus Mote, mengatakan generasi milenial berperan penting dalam mengawal demokrasi dan kebangsaan.
“Generasi muda atau milenial punya masa depan yang harus dipersiapkan dengan baik dalam segala hal, terutama masa-masa pendidikan karakter dan moral,” ujarnya.
Generasi milenial, dikatakannya, merupakan sebuah generasi yang hidup di zaman yang sedang berubah dari konvensional menjadi modern, yaitu memanfaatkan teknologi dan informasi sebagai sumber pengetahuan.
“Generasi ini merupakan generasi yang mempunyai intensitas digital yang tinggi dan senang berkolaborasi melalui media sosial dan internet. Tentu saja kesenjangan ini tidak boleh diacuhkan, karena bagaimanapun masa depan adalah milik generasi milenial,” ujarnya.
Menyuarakan suara hak generasi milenial dalam demokrasi dan kebangsaan, lanjut Mote, moral mereka harus dibina dengan baik untuk mengantikan generasi sebelumnya, yang sekarang orang-orang tua yang duduk di semua bidang akan pensiun.
“Nah, generasi milenial ini sendiri akan mengisi semua kekosongan-kekosongan tersebut. Untuk itu, generasi ini harus dipersiapkan, baik moralnya dan IQ serta SDM mereka,” ungkapnya.
Namun, dilanjutkannya, generasi milenial juga memiliki tantangan dalam merawat demokrasi dan kebangsaan, salah satunya terkait peredaran minuman beralkohol yang susah terbendung, narkoba, dan pesatnya perkembangan kemajuan teknologi dan informasi.
“Kemudian masalah-masalah kenakalan remaja lainnya yang merusak karakter dan otak mereka ini yang perlu dihindarkan, sehingga kaum milenial punya potensi yang hebat untuk masuk ke mereka,” ujarnya.
Menumbuhkan semangat nasionalisme dan cinta tanah air
Dalam rangka merawat demokrasi dan kebangsaan, dikatakan Mote, menumbuhkan jiwa nasionalisme dan cinta tanah air yang perlu ditanamkan sejak dini, yaitu mulai dari jenjang PAUD, TK, SD, SMP, SMA/SMA, hingga perguruan tinggi.
“Generasi milenial harus diberikan ruang, bukan hanya bidang akademik tapi juga pengembangan bakat baik seni, olahraga, kreativitas, dan inovasi lainnya yang harus berikan ruang, sehingga mereka bisa meluangkan waktu untuk kegiatan-kegiatan positif agar bisa menghindarkan hal-hal yang negatif,” ujarnya.
Dikatakannya, Badan Kesbangpol Kota Jayapura juga meningkatkan wawasan kebangsaan, demokrasi, dan cinta tanah air kepada organisasi-organisasi muda agar terus menyuarakan nasionalisme.
“Kami mensosialisasikan pencegahan terhadap minuman beralkohol dan narkoba di sekolah-sekolah, apakah itu SMP maupun SMA yang ada, sehingga kegiatan-kegiatan ini diharapkan ke depan terus bisa ditingkatkan,” ujarnya.
Selain meningkatkan wawasan demokrasi dan kebangsaan, dikatakannya, generasi milenial juga diberikan pembinaan bela negara agar hak suara mereka menjadi fondasi yang kuat dalam membangun bangsa.
“Harapan kami ke depan semoga anak-anak yang ada ini menjadi contoh dan teladan kepada generasi-generasi yang sedang bertumbuh ini yang masih ada di tingkat TK, SD, SMP agar dapat menjadi generasi yang baik ke depan,” ujarnya.
Mote berharap dengan menyuarakan suara hak generasi milenial terutama dalam merawat demokrasi dan kebangsaan agar memiliki budaya untuk beretika, moral yang baik, serta kreativitas dan inovatif dalam seni dan olahraga terjaga dengan baik.
“Hal ini bertujuan agar generasi selanjutnya bisa mengikuti contoh atau teladan yang baik daripada generasi muda saat ini untuk memastikan terjadinya perubahan estafet dari generasi ke generasi secara mulus dan positif terhadap perubahan zaman,” jelasnya.
Membentuk satgas anti perundungan dan perkuat literasi digital di sekolah
Duta SMA Nasional tahun 2023, Lantar Maulana Anugerah Daiva, mengatakan membuat satuan tugas atau satgas sekolah ramah anak, sekolah sehat, dan pencegahan perundungn atau bullying.
“Saya akan membentuk Satgas Anti Perundungan dengan melibatkan ketua-ketua OSIS SMA yang ada di Kota Jayapura, dan kemudian setelah terbentuk akan ada pembekalan yang dilakukan dalam rangka menyukseskan program ini,” ujarnya.
Tugas dari ketua OSIS SMA se-Kota Jayapura, dilanjutkannya, nanti akan membuat satgas di sekolah masing-masing untuk menciptakan sekolah yang anti bully, dengan harapan satgas ini dapat bekerja maksimal guna mewujudkan sekolah yang aman dan nyaman.
“Satgas Anti Perundungan merupakan implementasi dari Program Pencegahan Perundungan atau Roots, yang dikembangkan dalam rangka upaya pencegahan dan penanganan kekerasan antar teman sebaya yang berfokus menciptakan iklim yang aman dan nyaman di sekolah,” ujarnya.
Selain satgas, kata siswa SMA Negeri 4 Jayapura ini, juga memperkuat literasi digital di sekolah agar peserta didik memanfaatkan internet dengan baik untuk pengembangan diri baik secara akademik maupun bidang seni dan olahraga.
“Meningkatkan literasi digital adalah suatu kewajiban bagi setiap individu untuk mampu beradaptasi dengan era digital yang semakin pesat,” ujarnya.
Dalam era digital yang semakin berkembang, dilanjutkannya, literasi digital menjadi kebutuhan masyarakat yang semakin penting. Penggunaan teknologi yang lebih luas dan banyaknya informasi yang beredar di dunia maya, membuat literasi digital menjadi keharusan agar masyarakat dapat memahami serta mampu menggunakan teknologi digital dengan bijak.
“Tugas utama saya adalah menjadi role model dan problem solver di lingkungan sekolah yang ada di Papua maupun Indonesia secara umum,” ujarnya.
Lantar berharap anak-anak di Papua juga memanfaatkan teknologi dengan mencari informasi untuk pengembangan SDM agar terus maju dan berpartisipasi juga di kegiatan-kegiatan besar tingkat nasional agar semua tahu bahwa Papua juga bisa. (*)