Jayapura, Jubi – Organisasi kemanusiaan Palang Merah telah memulai operasi untuk membantu ribuan orang yang terkena dampak kekeringan parah di Kepulauan Marshall. Bantuan ini diberikan karena kurangnya curah hujan yang turun dan mengeringkan wilayah Mikronesia.
Kelompok tersebut mengatakan pihaknya menyediakan dana sekitar $US220.000 agar cabangnya di Kepulauan Marshall dapat membantu 5.000 dari hampir 14.000 orang yang terkena dampak kekeringan.
“Kebutuhan mendesak dan terpenting di wilayah yang terkena dampak adalah akses terhadap air minum dan aman untuk dikonsumsi dan keperluan rumah tangga, serta memastikan kebersihan dan sanitasi yang memadai,” kata organisasi tersebut dalam sebuah pernyataan pada Selasa (12/3/2024) yang dikutip Jubi dari rnz.co.nz, Kamis (14/3/2024).
Monitor Kekeringan AS, tertanggal 5 Maret, menunjukkan dua atol di negara itu mengalami kekeringan parah. Sedangkan ibu kota Majuro mengalami kekeringan yang tidak normal.
Alokasi tersebut akan mendanai akses terhadap air bersih, termasuk solusi penyimpanan, dan pendidikan kesehatan yang relevan selama lima bulan di pulau-pulau dan atol Ailinglaplap, Jabat, Jaliut, Kwajalein, Lae, Lib, Namu, Ujae, Utirik, dan Wotho.
Dikatakan bahwa pertemuan penilaian pekan lalu yang melibatkan Palang Merah dan tokoh masyarakat mengungkapkan bahwa beberapa perangkat keras pasokan air seperti peralatan osmosis balik tidak berfungsi karena pemadaman listrik, dan akibatnya beberapa warga terpaksa bergantung pada sumur yang terkontaminasi.
Perkumpulan Palang Merah Kepulauan Marshall mengatakan sebuah tim telah pergi ke Alinglaplap untuk melakukan penilaian kerentanan dan kapasitas, mengatasi dampak banjir pada bulan Januari 2024 dan situasi kekeringan saat ini.
Awal bulan ini, Pengawas Kekeringan AS mengatakan situasi kekeringan meluas di seluruh Mikronesia.
Dikatakan bahwa beberapa negara bagian di wilayah tersebut tercatat mengalami kekeringan parah, termasuk Saipan di Kepulauan Mariana Utara, Yap di FSM dan Kwajalein dan Wotje di Kepulauan Marshall, dan Guam.
Pada Selasa (12/3/2024), Presiden FSM, Wesley Simina, mengumumkan keadaan darurat, dengan menyatakan bahwa situasinya diperkirakan akan memburuk. (*)
Untuk melihat lebih banyak content JUBI TV, click here!