Jayapura, Jubi- Pernyataan Presiden AS Joe Biden, bahwa pamannya mungkin telah dimakan oleh para kanibal di Papua Nugini selama Perang Dunia Kedua mendapat tanggapan dari para pengamat di Papua Nugini.
Biden bicara tentang pamannya, Letnan Dua Ambrose Finnegan Jr, saat berkampanye di Pittsburgh, pada Rabu (17/4/2024) menggambarkan bagaimana,’Paman Bosie’ menerbangkan pesawat bermesin tunggal sebagai penerbangan pengintaian selama perang.
Biden mengatakan dia “ditembak jatuh di New Guinea, dan menambahkan mereka tidak pernah menemukan mayatnya karena ‘dulunya ada banyak kanibal di bagian New Guinea itu.’ Demikian dikutip Jubi dari https://www.thenational.com.pg , Senin (22/4/2024).
Catatan resmi perang menyebutkan Finnegan tewas ketika pesawat yang ditumpanginya mengalami kerusakan mesin dan jatuh di Samudera Pasifik. “Catatan tersebut tidak menyebutkan kanibalisme atau menyebutkan bahwa pesawat tersebut ditembak jatuh.”
Para analis di Papua Nugini yang menerima dan tanggapi komentarnya menggambarkan klaim Joe Biden sebagai tidak mendasar dan dinilai buruk. Apalagi klaim ini dikatakan Biden saat Amerika Serikat sedang berupaya kuat menjalin hubungannya dengan PNG melawan pengaruh Tiongkok di kawasan Melanesia dan Pasifik.
“Kelompok masyarakat Melanesia, yang merupakan bagian dari Papua Nugini, adalah masyarakat yang sangat bangga,”kata Michael Kabuni, dosen ilmu politik Universitas Papua Nugini di Port Moresby. “Dan mereka akan menganggap kategorisasi semacam ini sangat menyinggung. Bukan karena ada yang bilang ‘oh dulu ada kanibalisme di PNG…..ya, kami tahu itu, itu faktanya,”tambahnya.
“Tetapi mengambilnya di luar konteks, dan menyiratkan bahwa (paman) Anda melompat keluar dari pesawat dan entah bagaimana menurut kami itu adalah makanan yang enak adalah hal yang tidak dapat diterima,”ujarnya.
Memang kata dia, kanibalisme pernah dilakukan oleh beberapa komunitas di masa lalu dalam konteks tertentu.”Seperti memakan kerabat yang meninggal untuk menghormati, agar tubuhnya tidak membusuk. Ada konteksnya. Mereka tidak makan begitu saja orang kulit putih yang jatuh dari langit,”kata Kabuni.
Praktik tersebut kata dia bukan karena masyarakat kekurangan makanan, sambil menunjukan bahwa bukti arkeologis menggambarkan bahwa pertanian telah dipraktikan di Papua Nugini lebih dari 10.000 tahun yang lalu. “Sekitar 79.000 tentara AS masih belum ditemukan setelah Perang Dunia Kedua,”tambah Kabuni.
“Mereka tersebar dari Asia Tenggara hingga semenanjung Korea dan Eropa. Apa yang dimaksud (Biden)? Semua 79.000 yang tidak pernah ditemukan telah dimakan?”
Berbeda dengan Kabuni, Allan Bird Gubernur Provinsi Sepik, bilang hanya merasa bingung dengan pernyataan Presiden US Joe Biden itu. “Saya benar – benar kehilangan kata- kata,”ujar Allan Bird yang baru terpilih sebagai Perdana Menteri dari oposisi PNG di Parlemen.
“Saya tidak merasa tersinggung. Benar- benar lucu. Saya yakin ketika Biden masih kecil. Itulah yang dia dengar dari orangtuanya. Dan itu mungkin melekat padanya sepanjang hidupnya,”tambah Allan Bird.
Sementara itu Maholopa Laveil , dosen ekonomi dari Universitas Papua Nugini, mengatakan klaim tersebut tidak membantu dan menyatakan bahwa klaim tersebut muncul setelah Biden membatalkan perjalanan singkatnya ke PNG tahun lalu.”Ini menggambarkan PNG dalam sudut pandang yang buruk.PNG telah mendapat banyak pemberitaan negatif seputar kerusuhan dan pertikaian antar suku dan hal ini tidak membantu, dan (klaim tersebut) tidak berdasar,”katanya.
“Jika seorang Presiden AS mengatakan hal tersebut terutama setelah banyak kesepakatan yang dicapai dengan PNG dan upaya yang telah mereka lakukan di Pasifik, bahkan secara spontan, saya rasa hal tersebut tidak seharusnya dikatakan sama sekali,”kata dosen ekonomi dari UPNG di Port Moresby itu.
PM PNG James Marape kepada wartawan di Port Moresby hanya mengatakan bahwa Presiden Joe Biden mengucapkannya bukan dari hati yang mendalam,”sebagaimana dikutip jubi dari https://www.postcourier.com.pg, Senin (22/4/2024) . Sementara oposisi PNG sendiri menegaskan tidak mau memaafkan pernyataan Biden itu, dan mengatakan tidak sensitif serta menentang Joe Biden untuk belajar sejarah Papua Nugini.
Menurut Badan Akuntasi POW/MIA Pertahanan Pentagon, paman Biden meninggal pada 14 Mei 1944, saat menjadi penumpang pesawat malapetaka A20 yang berangkat dari Lapangan Terbang Momote, Pulau Negros, menuju lapangan terbang Nadzab, Nugini. “Untuk alasan yang tidak diketahui, pesawat ini terpaksa mendarat di laut lepas pantai Utara New Guinea,”kata badan tersebut.
“Kedua mesin mati di ketinggian rendah, dan hidung pesawat membentur air dengan keras. Tiga orang gagal keluar dari bangkai pesawat itu yang tenggelam dan hilang dalam kecelakaan itu. Seorang awak pesawat diselamatkan oleh tongkang yang sedang lewat. Pencarian udara keesokan harinya tidak menemukan jejak pesawat yang hilang atau awak yang hilang. (*)

Untuk melihat lebih banyak content JUBI TV, click here!