Jayapura, Jubi – Peningkatan kerja sama politik dan keamanan menjadi salah satu bahasan utama pada pertemuan Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi dan Menteri Luar Negeri Papua Nugini Justin Tkatchenko. Pemerintah Indonesia menyambut baik ratifikasi Perjanjian Kerja sama Pertahanan Baru dengan Papua Nugini dan menunggu pengimplementasiannya.
Menteri Retno menyatakan Indonesia memiliki hubungan politik dan keamanan yang sangat kuat dengan Papua Nugini. Itu tercermin dari intensifnya kunjungan antarpemimpin kedua negara.
“Indonesia menyambut baik selesainya proses ratifikasi New Defence Cooperation Agreement (Perjanjian Kerja sama Pertahanan Baru) oleh Papua Nugini. Kami menantikan pemberlakuan dan implementasi yang efektif dari perjanjian tersebut,” kata Retno saat bertemu Tkatcehnko di Jayapura, Rabu (8/5/2024).
Indonesia dan Papua Nugini menandatangani perjanjian kerja sama pertahanan pada 2010. Kedua negara dalam perjanjian itu bersepakat berbagi informasi intelijen militer, memberi dukungan logistik, dan mengoordinasikan operasi keamanan.
Indonesia kemudian meratifikasi perjanjian itu, tetapi tidak dengan Papua Nugini. Mereka menangguhkan perjanjian dan baru meratifikasi atau mengesahkannya pada 14 Februari lalu. Papua Nugini meratifikasi perjanjian itu tidak lama setelah kerusuhan dan mogok massal melanda negara tersebut sehingga pemerintah setempat memberlakukan keadaan darurat nasional.
Menurut Retno, kesepakatan kerja sama pertahanan itu sangat penting untuk memperkuat keamanan perbatasan kedua negara di tengah dinamika geopolitik regional. Indonesia dan Papua Nugini juga bersepakat memperkuat konektivitas wilayah perbatasan dan meningkatkan volume perdagangan.
“Volume perdagangan Indonesia-Papua Nugini mencapai 247,6 juta dolar Amerika Serikat pada 2023. Kami juga sepakat jumlahnya dapat lebih ditingkatkan mengingat potensi kedua negara yang sangat besar,” kata Retno.
Retno pada pertemuan tersebut kembali menegaskan komitmen Indonesia untuk memulai studi kelayakan bersama mengenai perjanjian perdagangan preferensial antarkedua negara. Dia juga menyambut baik pembangunan jaringan listrik oleh PLN di Wutung, wilayah Papua Nugini yang berbatasan dengan Kota Jayapura.
Retno menyatakan Indonesia juga telah menyiapkan hibah untuk sejumlah proyek di Papua Nugini sebagai komitmen kedua negara dalam peningkatan kerja sama pembangunan. Bantuan itu, di antaranya untuk memodernisasi Rumah Sakit Port Moresby, dan pembenahan fasilitas publik di Vanimo, termasuk sekolah dasar di Wutung. Selain itu, beasiswa bagi pelajar, dan pegawai negeri Papua Nugini, serta pelatihan bagi diplomat muda Papua Nugini, dan negara-negara Pasifik lain.
“Untuk lebih mendukung proyek, dan kerja sama ini di masa depan, dengan rasa senang saya mengumumkan bahwa kami telah menandatangani dua perjanjian pada hari ini. [Perjanjian tersebut ialah] Perjanjian Kerangka Kerja mengenai Pembangunan dan Kerja sama Teknis, serta Perjanjian untuk pelatihan dan peningkatan kapasitas bagi diplomat muda dari negara-negara MSG [Organisasi Negara-negara Melanesia],” kata Retno.
Indonesia, menurutnya, memandang penting hubungan baik dengan negara-negara Pasifik. Karena itu, mereka menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi I Negara-negara Kepulauan dan Pulau-pulau Kecil, yang dihadiri banyak negara Pasifik.
“Kami juga sepakat untuk bekerja sama menjaga perdamaian dan stabilitas di kawasan Pasifik dan mempersiapkan negara-negara Pasifik dalam mengatasi tantangan bersama, termasuk perubahan iklim, dan pengelolaan perikanan. Indonesia berkomitmen untuk bekerja sama dengan MSG dan Pasific Island Forum dengan memperkuat kapasitas kedua organisasi tersebut dalam mencapai tujuan ini,” kata Retno. (*)
Untuk melihat lebih banyak content JUBI TV, click here!