Jayapura, Jubi – Dengan kenaikan suhu bumi yang tidak terkendali dan konsekuensi dari kenaikan permukaan laut, fenomena perubahan iklim ini merupakan ancaman terbesar bagi pergerakan stok tuna Kepulauan Solomon ke luar negeri.
Demikian menurut Menteri Kementerian Koordinasi Perencanaan dan Pembangunan Nasional (MNPDC) Kepulauan Solomon, Rexson Ramofafia, sebagaimana dilansir https://www.solomonstarnews.com yang dikutip jubi.id Senin (21/8/2023).
Dia berbicara dalam sesi bersama Climate Tok Stori yang diselenggarakan oleh Komisi Tinggi Australia di Honiara dengan sekolah, sektor swasta, masyarakat sipil, dan kementerian pemerintah di Gedung Annex AHC pada Jumat (18/8/2023) pekan lalu.
“Perubahan iklim sedang terjadi sekarang. Sinyal dari data yang diamati sudah menunjukkan peningkatan suhu permukaan dan kenaikan permukaan laut 8 milimeter per tahun yang dua sampai tiga kali lebih tinggi dari rata-rata global,” katanya.
“Proyeksi perubahan iklim ke depan akan lebih merepotkan kita,” tambahnya.
“Kami akan rugi besar dalam hal perikanan tuna kita karena proyeksi stok tuna akan menjauh dari perairan Solomon,” tegasnya.
Industri tuna merupakan salah satu industri dalam negeri yang memberikan kontribusi sangat besar bagi perekonomian nasional.
Gempuran perubahan iklim terhadap stok tuna yang akan menjauhkannya dari Zona Ekonomi Eksklusif Kepulauan Solomon akan berdampak langsung pada perekonomian nasional.
“Perubahan iklim tidak hanya memengaruhi stok tuna tetapi juga contoh nyata dari kehilangan dan kerusakan. Selain ancaman hilangnya stok tuna, juga hilangnya pulau-pulau yang sepenuhnya layak huni seperti Walande dan Fanalei serta kesulitan yang kini dihadapi rakyat kita di dataran rendah atol dan pulau buatan,” tambah Menteri Ramofafia. (*)