Jayapura, Jubi – Terancam absennya Provinsi Papua dari keikutsertaan di ajang Pekan Olahraga Nasional atau PON XXI Aceh – Sumatera Utara karena belum mendapatkan dukungan anggaran dari pemerintah memunculkan sebuah opsi alternatif sebagai solusi untuk mengantisipasi mepetnya waktu persiapan.
Pengurus Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Papua dan sejumlah cabang olahraga berancang-ancang untuk mencari dukungan dari pihak lain atau istilahnya orang tua asuh.
Rencana itu dianggap sebagai jalan keluar atau opsi terakhir untuk mengatasi persoalan yang sedang dihadapi oleh KONI Papua saat ini.
Ketua jurusan pendidikan kepelatihan olahraga (PKO) FIK Universitas Cenderawasih, Dr. Daniel Womsiwor, S.Pd,M.Fis,AIFO-P, mengatakan masing-masing pengurus provinsi cabang olahraga harus sudah berani mencari opsi lain sebagai alternatif untuk mengikutkan kontingen Papua ke PON XXI.
“Kita semua memaklumi kalau sampai hari ini KONI belum melakukan TC terpusat. Kalau tidak ada dukungan dana maka alternatif utamanya para pengurus cabor itu harus berani dengan strategi manajer atau sponsor utama, mungkin KONI bisa mengeluarkan rekomendasi agar kami bisa mencari istilahnya orang tua asuh, untuk mengantisipasi kalau tidak ada dukungan,” kata Womsiwor kepada awak Jubi, Jumat (5/4/2024).
Ia mengatakan opsi tersebut sudah ada dalam rencananya agar tim Woodball yang ia nakhodai bisa ikut serta pada PON XXI di Aceh – Sumut jika saja dukungan dari pemerintah tak kunjung tiba.
“Saya sendiri yang juga pengurus cabor Woodball saya terpaksa sudah harus antisipasi supaya jangan cabor saya tidak sampai dapat dana, berarti sebagai pengurus terpaksa saya harus menjadi penanggung jawab bagi cabor saya sendiri, karena ada lima atlet saya yang lolos ke PON di nomor tunggal dan tim,” ujarnya.
Kata Womsiwor, cabor Woodball dan beberapa cabor lainnya sudah menerapkan pemusatan latihan secara mandiri sejak beberapa waktu lalu, di mana seluruh kebutuhan yang menyangkut persiapan tim dibiayai secara swadaya.
“Kita sebagai pengurus provinsi cabor kita harus antisipasi dengan latihan mandiri atau TC mandiri. Sehingga itu yang kita lakukan sementara ini. Bukan cabor kita saja tetapi juga pada cabor yang lainnya rata-rata mandiri,” katanya.
Hal yang sama juga dikatakan Ketua Umum Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Papua, Kenius Kogoya.
Kata Kenius, pihaknya sudah berencana untuk meminta kepada para cabor untuk mencari orang tua asuh agar mendapatkan suntikan anggaran menuju PON XXI.
“Nah ini kembali kita akan sesuaikan dengan anggaran kita, kalau memang anggaran kita tidak cukup berarti ada kemungkinan atlet yang akan berangkat pun pasti kita akan sampaikan untuk bisa berangkat dengan biaya sendiri ataupun ada orang tua asuh yang bisa menjadi sponsor untuk mereka berangkat,” kata Kenius.
Sementara ini, KONI Papua terus melakukan sejumlah upaya untuk mencari dukungan anggaran agar atlet Papua bisa secepatnya mematangkan persiapan.
“Kami sudah jalan dan melakukan pertemuan dengan sponsor di luar, tapi juga sampai dengan sampai saat ini belum mendapatkan respons positif atau kepastian. Dan juga rencana kami juga coba untuk lobi ke pusat kalau pun memang belum ada kejelasan,” ujarnya.
“Padahal sudah ada instruksi Kemendagri juga kalau seluruh Provinsi harus kasih anggaran kalau pun belum dianggarkan ke induk, bisa dilakukan dengan pergeseran anggaran, itu sudah ada instruksi dari Kemendagri, tapi kita juga belum dapat kepastian itu.”
Memangkas Jumlah Atlet
Daniel Womsiwor berharap pemerintah Papua segera memberikan dukungan anggaran supaya KONI bisa menggelar TC terpusat untuk para atlet. Kalaupun dukungan anggaran yang diterima tidak mencukupi, opsi memangkas jumlah atlet juga harus menjadi pertimbangan.
“Kalau sampai cabor-cabor itu tidak ada jalan lain, atlet-atlet mungkin bisa dikurangi dengan mempertimbangkan pada nomor-nomor yang berpotensi mendapatkan medali,” kata Womsiwor.
Ia mengungkapkan, kontingen Papua belum pernah absen di ajang PON sejak pertama kali ikut serta pada 1969 di Jawa Timur.
“Kalau untuk partisipasi di PON, Papua belum pernah absen sejak pertama kali ikut. Sehingga kalau ini terjadi maka dalam sejarah keikusertaan di PON ini menjadi yang pertama kali,” ujarnya.
Kenius Kogoya menyayangkan kalau saja ratusan atlet yang sudah berjuang mendapatkan tiket lolos ke PON XXI gagal tampil di Aceh – Sumut. Apalagi, Papua baru tiga tahun lalu sukses menjadi tuan rumah.
“Kalau kemudian kita tidak bisa mengikuti itu sangat disayangkan karena kita baru saja melaksanakan PON yang telah mempersatukan anak bangsa dalam situasi pandemi, tapi Papua sanggup menjadi tuan rumah bahkan itu PON yang terbaik dan kita bisa menunjukkan prestasi yang gemilang dan anak-anak bisa memberikan prestasi dan mengharumkan nama Papua,” kata Kenius.
Di momen terpisah, pelatih tim dayung Papua, Vines Kambay mengaku tak setuju untuk rencana pengurangan kuota atlet kalau saja kontingen Papua jadi ikut di PON XXI. Ia menilai hal tersebut akan mematahkan asa para atlet yang sudah berusaha dan berjuang dari babak kualifikasi hingga lolos ke PON.
“Kalau untuk mengurangi atlet, sebenarnya tidak usah, semua nomor yang sudah lolos itu biarkan saja mereka tetap ikut. Karena mereka sudah latihan dan berjuang dengan biaya sendiri, latihan mandiri, dan harapannya mereka bisa tampil di PON, kalau bisa mereka semua diberangkatkan,” katanya. (*)
Untuk melihat lebih banyak content JUBI TV, click here!