Jayapura, Jubi – Sutradara film video berjudul Mutiara Hitam Jenderal Lapangan, Maurids Yansip, baru saja meluncurkan video filmnya di Jubi TV, pada Kamis (19/10/2023) malam. Salah satu fakta menarik adalah bagaimana pengakuan legenda Persipura, Ian Luis Kabes, bahwa saat hendak menendang tendangan pojok, tiba-tiba ada yang melempari kacang.
“Saya ambil, kupas kulitnya, lalu makan kacangnya dan kemudian menendang bola tendangan pojok tersebut,” kata Ian Kabes dalam film tersebut.
Dia mengatakan peristiwa itu lazim ditemui dalam perjalanan tim berjuluk Mutiara Hitam dalam kompetisi Liga di Indonesia. Bukan hanya itu saja yang dialaminya, bahkan teriakan rasis dan lemparan kulit pisang pun pernah terjadi di lapangan.
Tak heran kalau Jack Komboy, politisi dan mantan wakil kapten Persipura bersama kapten Persipura kala itu, Eduard Ivakdalam, sepakat kalau ada teriakan bernada rasis harus dibalas dengan menunjukkan permainan sepak bola yang bagus dan harus selalu menang dalam setiap pertandingan.
“Kalau kita berhasil memenangkan pertandingan, semua ucapan rasis dan penghinaan seakan hilang dan hanyut dalam kemenangan,” kata politisi anggota DPRD Papua selama dua periode ini.
Hal senada pula diakui Benny Jensenem, mantan gelandang Persipura era 1970-an. Dulu teriakan bernada rasis pernah pula dialaminya bersama rekan-rekanya sejak bermain pada 1977.
“Kami pernah alami teriakan rasis dan juga sampai ada pelemparan kulit pisang. Mau meledak amarah kita ya tidak bisa dan harus konsentrasi dalam permainan di lapangan,” katanya.
Film ini juga menampilkan sejarah perjalanan Persipura sejak 1965, saat Ketua Umum Pertama Persipura, Pdt Mesak Koibur, dan Sekretaris Persipura kala itu, Barnabas Youwe, pertama kali memberikan nama Persipura.
Nama Persipura berasal dari nama Persatuan Sepak Bola Sukarnapura dan sekitarnya yang kemudian disingkat menjadi nama Persipura pada 26 Mei 1965.
Bagi Benny Jensenem yang membacakan surat dari Pdt Koibur soal nama Persipura mengatakan terbentuknya kesebelasan ini karena saat itu suasana politik di Papua khususnya di Sukarnapura sangat mencekam dan solusinya adalah harus ada kompetisi sepak bola dan membentuk kesebelasan bernama Persipura.
Oleh karena itu tak heran kalau Richardo Salampessy mengatakan tim berjuluk Mutiara Hitam adalah kesebelasan yang mengangkat harkat dan harga diri orang Papua. Dukungan doa dari mereka harus diwujudkan dalam semangat dan pertandingan di lapangan.
Walau pun demikian, Salampessy mengakui kalau peran dari organisasi sepak bola PSSI juga sangat berperan dalam urusan Persipura, terutama dalam kompetisi di AFC dan Champion Asia, yang terkadang merugikan klub berjuluk Mutiara Hitam itu sendiri.
Turunnya Persipura ke Liga 2 tentunya membuat banyak pihak kecewa maupun realistis dengan kenyataan ini. Bahkan Frits Ramandey, mantan jurnalis dan Ketua AJI Indonesia, rela berjalan kaki dari Kota Jayapura ke Polimak, sebagai bentuk solidaritas karena tim berjuluk Mutiara Hitam turun kasta dari Liga1 ke Liga 2 usai gagal mempertahankan posisinya.
Terlepas dari pro dan kontra soal film ini, sebenarnya Maurits Yansip merupakan orang pertama yang membuat sebuah film dokumenter tentang perjalanan Persipura.
Ian Luis Kabes menjadi salah satu pemain serba bisa, mungkin mewakili rekan-rekannya, karena telah membela Persipura sejak 2004 sampai sekarang. Ia merupakan One Man Club dalam sepak bola Indonesia dan di Tanah Papua.
Adanya film berjudul Mutiara Hitam Jenderal Lapangan melengkapi dokumenter klub sepak bola Persipura, mulai dari lagu berjudul Persipura Mutiara Hitam karya Hengky Merantoni gitaris Black Brother.
Buku Persipura karya Frits Ramandey berjudul “Persipura Mutiara Hitam Sepakbola dari Negeri Cenderawasih” terbitan Agustus 2008. Begitupula dengan buku lain karya mantan Ketua Umum Persipura, MR Kambu berjudul “Jejak Persipura Go Internasional” terbitan 2011.
Fakta hari ini, Ian Luis Kabes dan kawan-kawan berada di Liga 2, bukan berarti sejarah perjalanan Persipura hilang begitu saja. Paling tidak, manajemen Persipura dan juga pengurus akan melihat kembali bagaimana mengangkat dan membangun tim berjuluk Mutiara Hitam kembali gemilang.
“Persipura Mutiara Hitam bermain gemilang dan selalu menang,” begitulah sepenggal syair lagu Persipura ciptaan Black Borther 1976 usai Hengky Heipon dan kawan-kawan menjuarai Piala Presiden Soeharto. (*)