Jayapura, Jubi – Sejumlah tokoh bangsa, tokoh agama, dan masyarakat sipil membuat seruan bersama meminta Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat atau TPNPB membebaskan pilot pesawat Susi Air berkebangsaan Selandia Baru, Phillip Mark Mehrtens. Seruan itu disampaikan di Jakarta pada Rabu (7/2/2024), tepat setahun sejak Mehrtens ditangkap dan disandera TPNPB di Kabupaten Nduga, Provinsi Papua Pegunungan.
Seruan itu disampaikan di Jakarta pada Rabu (7/2/2024) menyikapi setahun penyanderaan pilot Susi Air itu. Seruan bersama itu disampaikan Hj Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid (Ibu Negara RI tahun 1999 – 2001, Nahdlatul Ulama), Mgr Siprianus Hormat (Ketua Komisi Keadilan Perdamaian Konferensi Waligereja Indonesia), Marzuki Darusman (Jaksa Agung RI era Presiden KH Abdurrahman Wahid), Prof Dr Franz Magnis Suseno SJ (Guru Besar Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara), Pdt Gomar Gultom (Ketua Umum Persekutuan Gereja di Indonesia).
Seruan itu juga disampaikan Dr Muhammad Busyro Muqoddas SH MH (Ketua PP Muhammadiyah), Mangadar Situmorang PhD (Koordinator Forum Akademisi untuk Papua Damai/FAPD), Alissa Wahid (Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama), Pdt Jacky Manuputty (Sekretaris Umum Persekutuan Gereja di Indonesia), Usman Hamid (Direktur Eksekutif Amnesty Internasional Indonesia), dan Gufron Mabruri (Direktur Eksekutif Imparsial).
Kelompok bersenjata TPNPB yang dipimpin Egianus Kogoya menyandera Phillip Mark Mahrtens setelah pilot Susi Air itu mendaratkan pesawatnya di Lapangan Terbang Paro, Kabupaten Nduga, Provinsi Papua Pegunungan, pada 7 Februari 2023. Kelompok Egianus Kogoya juga membakar pesawat yang diterbangkan Mahrtens.
Direktur Eksekutif Amnesty Internasional Indonesia, Usman Hamid SH Mphil dalam seruan itu mengatakan prihatin dengan situasi kemanusiaan di Tanah Papua. Usman mengatakan banyak warga masih mengalami penderitaan akibat pelanggaran Hak Asasi Manusia dan mengungsi karena konflik bersenjata di Tanah Papua.
“Banyak yang mengalami ketakutan dan trauma atas tindak kekerasan yang berakibat jatuhnya korban jiwa dan hilangnya kesempatan untuk hidup aman, damai, dan sejahtera,” katanya.
Usman mengatakan memahami dan menghormati perjuangan yang dilakukan oleh saudara-saudara di Papua agar Hak Asasi Manusia dihormati, dimajukan, dan dilindungi. Usman mengatakan pihaknya juga menghargai suara kelompok bersenjata TPNPB, namun mengingatkan pentingnya semua pihak untuk menghormati hukum yang melarang penyanderaan.
“Kami percaya Sdr Mehrtens mengalami ketidaknyamanan. Selama setahun ini, keluarganya pun mengalami kesedihan, kesusahan dan kerinduan yang mendalam,” ujarnya.
Hj Sinta Nuriyah mengatakan pihaknya menghormati perjuangan saudara-saudara di Papua dengan segala rasa solidaritas pada penderitaan saudara-saudara di Papua. Dengan memperhatikan rasa kemanusiaan, ia meminta kelompok TPNPB yang dipimpina Egianus Kogoya segera membebaskan Mehrtens dalam keadaan sehat dan secara damai.
Nuriyah mendorong pemerintah untuk tetap mengedepankan cara-cara damai melalui dialog dalam upaya pembebasan dalam pembebasan Mehrtens. “Jalan kekerasan melalui pengerahan aparat keamanan dan operasi militer harus dihindari. Demikian seruan ini kami sampaikan dengan harapan agar segala bentuk kekerasan di Papua dapat berkurang dan perdamaian di Tanah Papua kiranya dapat diwujudkan,” katanya. (*)
Untuk melihat lebih banyak content JUBI TV, click here!