Jayapura, Jubi- Pemimpin United Liberation Movement for West Papua atau ULMWP, Benny Wenda telah menyatakan keyakinannya bahwa pertemuan para pemimpin di Vanuatu akan memberikan ULMWP keanggotaan penuh dari Melanesian Spearhead Group atau MSG.
Saat ini, Benny Wenda telah berada di Port Vila untuk menghadiri KTT Pemimpin MSG ke-22, yang merupakan KTT tatap muka pertama yang pertama sejak tahun 2018.
“Saya sangat percaya diri,” katanya, seraya menambahkan “seluruh dunia menyaksikan dan ini adalah ujian bagi para pemimpin untuk melihat apakah mereka akan menyelamatkan Papua Barat,”sebagaimana dikutip jubi.id dari rnz.co.nz Rabu (23/8/2023)
Ketua MSG dan Perdana Menteri Vanuatu, Alatoi Ishmael Kalsakau telah mengkonfirmasi aplikasi ULMWP untuk menjadi anggota penuh akan menjadi prioritas utama bagi para pemimpin.
Wenda mengatakan kepada RNZ Pacific bahwa gerakan pembebasan Papua Barat telah melakukan lobi untuk menjadi bagian dari agenda MSG, selama lebih dari satu dekade. Namun tidak membuahkan hasil. Gerakan ini saat ini mempunyai status pengamat di MSG.
Namun, dia yakin tahun ini mereka akhirnya mendapatkan kesempatannya.
Wenda mengatakan semua cabang ULMWP ada di Port Vila, termasuk Dewan Gereja Papua Barat dan kepala suku, dan “kami menantikan untuk menjadi anggota penuh”.
“Itu impian kami, keinginan kami. Berdasarkan darah, dan ras, kami berhak menjadi anggota penuh,” ujarnya.
Indonesia, salah satu anggota asosiasi MSG, juga hadir, dengan delegasi terbesar dari seluruh negara yang hadir pada pertemuan tersebut.
RNZ Pacific telah menghubungi pejabat Indonesia untuk wawancara di Port Vila.
Tidak ada harapan di Indonesia
Benny Wenda mengatakan, pihaknya tidak meminta kemerdekaan, tapi meminta keanggotaan penuh di MSG.
“Kami telah dibunuh, kami telah disiksa, kami telah dipenjara [oleh pasukan keamanan Indonesia],” katanya.
“Jadi, hidup dengan Indonesia selama 60 tahun dan tidak ada harapan. Kami tidak aman. Itulah mengapa inilah [KTT Pemimpin Melanesia] untuk membuat keputusan yang tepat.”tambahnya.
Wenda mengatakan “tidak biasa” bagi Indonesia untuk membawa “hingga 15 orang” sebagai bagian dari delegasinya.
Para pemimpin Melanesia, katanya, mampu menangani masalah regional mereka sendiri.
“Kenapa [Indonesia] ada di sini; [apa] yang mereka takutkan,” tanyanya.
“Ketika kami menjadi anggota penuh, kami siap untuk terlibat [dengan Indonesia] dan mencari solusi; itulah tujuan kami. Ini adalah bagian dari solusi damai.” katanya.(*)