Jayapura, Jubi – Penjualan takjil di sepanjang Jalan SPG Teruna Bakti Waena, Kota Jayapura, Papua, masih berlangsung selama bulan Ramadan, namun jumlah pembeli tahun ini tampak berkurang dibanding tahun sebelumnya. Para pedagang mengakui kondisi ini berdampak pada pendapatan mereka.
Andira, seorang penjual takjil di pinggir Jalan SPG Teruna Bakti Waena, mengatakan bahwa tahun lalu pembeli jauh lebih ramai, bahkan sudah berdatangan sejak pukul 14.00 WIT. Namun, tahun ini jumlah pembeli berkurang secara signifikan.
“Tahun kemarin pembeli ramai sekali, dari jam dua siang sudah banyak yang datang. Sekarang tidak terlalu ramai,” ujarnya, Jumat (14/3/2025).
Ia menjual berbagai jenis kue, minuman manis, es buah, dan makanan lainnya. Pendapatannya tahun lalu bisa mencapai Rp1,5 juta per hari, sedangkan tahun ini paling tinggi hanya Rp800 ribu hingga Rp1 juta per hari.
“Iya, memang pembeli agak kurang dibanding tahun sebelumnya. Kalau tahun lalu orang seperti berlomba-lomba membeli takjil, sekarang tidak. Tapi tidak apa-apa, tetap bersyukur dengan yang ada,” tambahnya.
Andira menjelaskan bahwa harga takjil yang ia jual masih terjangkau, dengan kue per buah seharga Rp2.000–Rp3.000, ikan atau ayam per mika Rp20.000, tahu dan tempe Rp10.000, serta minuman manis dan es buah Rp10.000 per gelas. Sayur pun dijual seharga Rp10.000 per mika.

Penjual takjil lainnya, Lidya, yang berjualan di pinggir Jalan Perumnas 1 Waena, juga merasakan penurunan jumlah pembeli dibanding tahun lalu.
“Tahun kemarin bisa dapat Rp2 juta sehari, sekarang paling hanya sekitar Rp1 juta lebih,” ungkap Lidya, yang sudah berjualan takjil sejak 2022.
Menurutnya, tahun-tahun sebelumnya lebih ramai karena pembeli tidak hanya dari umat Muslim yang berpuasa, tetapi juga masyarakat Nasrani yang ikut membeli.
“Iya, tidak terlalu ramai seperti tahun lalu, tapi masih cukup untuk menambah pemasukan sehari-hari. Tahun lalu orang sudah datang sejak siang untuk beli takjil, jadi suasananya lebih ramai,” katanya.
Lidya menjual kue seharga Rp3.000 per buah, minuman Rp10.000, ayam dan ikan tanpa nasi Rp20.000 per mika, serta nasi dengan lauk Rp20.000. Ia mengatakan harga takjil yang dijualnya masih tergolong murah.
“Kalau tahun kemarin takjil cepat habis dan bisa pulang lebih awal. Sekarang harus menunggu lebih lama, sampai gelap baru bisa pulang. Saya biasanya mulai jualan dari pukul 14.30 WIT. Walaupun tidak seramai tahun kemarin, tapi masih ada pembeli,” tutupnya. (*)

Untuk melihat lebih banyak content JUBI TV, click here!