Jayapura, Jubi-Mantan Walikota Jayapura administrasi kedua (1983-1993) Michael Manufandu mengakui kalau pengembangan Kota Jayapura terus meningkat tetapi terkesan kumuh dan semrawut. Hal ini bisa terlihat di wilayah Klofkamp sampai ke kaki gunung tempat sumber air atau mata air Kali Anafre.
“Terus terang saya kalau pulang ke Kota Jayapura selalu keliling kota dan mengamati perubahan dari Skouw sampai ke Kota dan Angkasa Indah. Saya mengamati wilayah Klofkamp dan sekitarnya kelihatan kumuh,”katanya kepada jubi.id di Pantai Base G, Minggu (1/1/2022) usai mengelilingi Kota Jayapura dari Skouw dan Holtekamp.
Dulu, sewaktu masih menjadi Wali Kota Jayapura, dia memulainya dengan membuat visi Kota Jayapura, Kota Beriman yang artinya Bersih, Beriman, Indah, Aman dan Nyaman.
Menufandu mengakui kalau tugas Wali Kota Jayapura ke depan adalah kemampuan untuk menata Kota Jayapura mulai dari kemacetan dan semrawut, banjir, hunian liar serta mengentaskan kemiskinan di wilayah Port Numbay ini.
Selain itu kata mantan Dubes Kolombia ini adalah bagaimana Wali Kota Jayapura harus menegakkan disiplin dan aturan sangat penting sebagai pendidikan bagi masyarakata yang majemuk dan beragam di ibukota Provinsi Papua.
Sementara itu Ian Hengky Ansanay mantan Kepala Seksi Pengembangan Parawisata Kota Jayapura era 1990 an mengatakan pengembangan Kota Jayapura sebagai kota jasa dan industri wisata harus memperhatikan kebersihan dan penataan area wisata dari sesuatu yang biasa-biasa saja menjadi menarik minat orang untuk datang berkunjung.
”Sebenarnya Kota Jayapura punya potensi wisata menarik mulai dari budaya masyarakat Tabi, keindahaan alam dan pantai serta sejarah terutama tentang Perang Pasifik,”kata Ansanay.
Dia mengingat dulu ketika masih bersekolah di Hamadi, terlihat sepanjang pantai Hamadi dipenuhi dengan tank dan amunisi Perang Pasifik.
Dia menambahkan keindahan alam, budaya harus menonjolkan budaya masyarakat adat Tabi mulai dari bentuk rumah adat Karawari sampai dengan motif-motif budaya setempat. “Kota Jayapura harus menggambarkan budaya khas masyarakat setempat bukan motif dan bangunan dari suku lain di luar Papua dan juga orang dari yang berasal budaya Tabi,”katanya.
Dia meminta motif budaya lokal ,khususnya masyarakat adat Tabi tetap dipertahankan. Menurutnya itu penting agar memberikan gambaran bahwa inilah budaya dan Kota Jayapura berciri khas masyarakat adat Tabi. “Walau memang Kota Jayapura sudah beragam dan majemuk tetapi penghormatan dan penghargaan kepada masyarakat setempat khususnya orang orang Tabi harus dijaga dan dihargai,”kata Ansanay.
Ansanay juga mengingatkan pengembangan Kota Jayapura yang tidak sesuai dengan Tata Ruang Kota Jayapura. “Saya sangat khawatir kalau tidak ada pengawasan yang terpadu dan ketat orang akan membangun rumah di bukit dan gunung yang rawan bencana. Kalau tidak ada control pengembangan Kota akan menjadi Taka Ruang dan bukan Tata Ruang,”katanya.(*)