Jayapura, Jubi – Ahli geologi dan lingkungan dari Fakultas Teknik Universitas Cenderawasih, Dr Prihananto Setiadji ST MT CIAR mengatakan ada perubahan lanskap Gunung Cycloop di Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua. Dulu pada 2012, Gunung Cycloop memiliki lebih banyak tumbuhan, mulai dari tumbuhan kecil sampai tumbuhan besar.
“Namun sekarang, setelah kejadian banjir bandang, mulai ada perubahan, tumbuhan semakin sedikit dan permukiman penduduk semakin banyak di sekitar wilayah Cycloop,” katanya saat menjadi pembicara pada Talk Show ‘Cagar Alam Pegunungan Cycloop: Kemarin, Hari Ini, dan yang Akan Datang’ yang digelar Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Cenderawasih di Aula Fakultas Teknik Uncen, Jumat (19/4/2024).
Banjir bandang, kata doktor lulusan Institut Pertanian Bogor dalam Bidang Ilmu Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan itu, telah membuat perubahan-perubahan yang terjadi pada Cycloop, baik secara ekologis maupun geologis.
“Dampak yang bisa dirasakan adalah mata air di sekitar Cycloop semakin sedikit atau debit air semakin berkurang,” ujarnya.
Kondisi ini, kata Dr Prihananto, jika tidak ada tindak lanjut yang dilakukan untuk membuat Cycloop kembali baik, maka ditakutkan beberapa tahun ke depan tidak akan ada lagi air dari Gunung Cycloop.
Dosen Program Studi Geologi Tambang Uncen itu juga menjelaskan tentang ‘kekayaan’ Gunung Cycloop. Menurutnya Cycloop menyimpan tiga unsur kunci, yaitu adanya ekologi atau cagar alam, manusia yang berbudaya, dan geologi.
“Dari segi geologi Gunung Cycloop juga menyimpan material-material yang banyak, yaitu adanya material Cu (Tembaga), Mg (Magnesium), dan mineral-mineral lainnya. Gunung Cycloop juga menyimpan kandungan air,” katanya.
Pembicara lain adalah Marshall Suebu, ketua Komunitas Pencinta Alam Hirosi. Hirosi adalah komunitas yang ikut menjaga wilayah konservasi Cycloop. Suebu juga menyorot tentang kondisi Cycloop yang sekarang sudah jauh berbeda dari Cycloop dulu.
“Banyak perubahan yang terjadi di area Cycloop. Kejadian banjir bandang pada 2019 menjadi salah satu bukti wilayah Cycloop sudah berubah sehingga perlu diberi perhatian khusus,” ujarnya.
Markus Irianto dari Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup Provinsi Papua yang menjadi salah satu pembicara juga sepakat telah terjadinya perubahan di Cycloop. Ia menjelaskan kawasan Cycloop masuk ke dalam kawasan konservasi, dalam arti kawasan tersebut harusnya dilindungi.
“Namun dilihat sekarang ada banyak perubahan yang terjadi membuat kawasan konservasi Cycloop sudah berubah,” katanya.
Perubahan ini, kata Markus, juga menjadi perhatian pemerintah. ”Dengan adanya diskusi dan masukan dari pihak-pihak lain membantu pemerintah untuk mengambil langkah bijak dalam menjaga kawasan konservasi Cycloop,” katanya.
Ketua panitia penyelenggara kegiatan talk show Karl Karoluz Wagab Meak yang juga dosen Teknik Pertambangan Uncen mengatakan acara tersebut diadakan untuk memperingati Hari Bumi 22 April 2024.
Alasan membahas tentang Cycloop, katanya, karena kawasan Cycloop sangat penting bagi kelangsungan hidup masyarakat di Jayapura. “Cycloop menjadi sumber air bagi masyarakat dan juga menjadi tempat tinggal makhluk hidup, baik hewan maupun tumbuhan dan juga manusia,” ujarnya. (*)
Discussion about this post