Wamena, Jubi – Mama-mama pasar di Wamena, ibukota Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua Pegunungan, mengeluhkan fasilitas pasar yang kurang memadai. Pasar juga menjadi tempat konsumsi minuman beralkohol (minol) dan permainan judi togel. Akibatnya, sering terjadi keributan di pasar.
Hal itu disampaikan Ketua Asosiasi Pasar Potikelek, Yunita Gombo, dan salah seorang pedangang sayur mayur dan buah-buahan di pasar Misi, Mirra Matuan, saat ditemui Jubi di Wamena, Senin (18/9/2023) pagi.
Ketua Asosiasi Pasar Potikelek, Yunita Gombo, mengatakan sering terjadi keributan karena orang mabuk dan tidak ada bertindak apapun karena tidak aparat keamanan yang berjaga di pasar tersebut.
“Soal keluhan keamanan di pasar ini, kami pedagang mama-mama pasar sudah pernah beberapa kali minta ke Polres Jayawijaya dan juga ke Dinas Tenaga Kerja, Perindustrian, dan Perdagangan Kabupaten Jayawijaya, agar ada anggota yang ditugaskan pasar ini. Tapi sampai saat ini belum ada realisasi. Petugas datang hanya patroli,” kata Yunita Gombo.
Dia juga mengatakan para pedagang juga memiliki keluhan terkait dengan kebersihan pasar. Petugas dari Dinas Kebersihan tidak pernah ada di tempat untuk membersihkan pasar. Akibatnya, pasar menjadi kotor dan terlihat kumuh.
“Kita harus tahu bahwa pasar Potikelek ini merupakan sebagai pasar induk atau tertua dari semua pasar yang ada di Kabupaten Jayawijaya. Kami minta kepada dinas terkait untuk kasih turun petugas kebersihan dan harus melakukan pengontrolan di dalam pasar,” katanya.
Selain itu, bangunan los-los di pasar Potikelek juga sudah banyak yang hancur. Saat musim hujan, air meluap karena got tersumbat sampah. Lapak mama-mama pasar terendam air. Mereka kadang terpaksa berjualan di atas genangan air.
Fasilitas lampu penerangan juga dinilai kurang memadai. Masalah penerangan sangat penting karena mama -mama pasar berjualan dari pagi sampai pukul 8 malam.
“Malam hari untuk jualan kita sering pake lilin. Jadi kami minta kepada pemerintah untuk memperhatikan masalah lampu penerangan, khususnya di pasar Potikelek,” kata Yunita Gombo.
Gombo mengatakan keluhan ini juga sudah pernah disampaikan ke dinas terkait tapi sampai sekarang tidak pernah ada respons.
“Maka kami minta kepada pemerintah daerah agar turun tangan karena pasar ini kedudukan ada di dalam kota Wamena,” ujarnya.
Beberapa toilet di dalam pasar juga bermasalah. Selain kondisi pintu rusak parah, toilet tidak bisa digunakan lagi karena kloset tersumbat.
“Soal ini juga kami sudah beberapa kali sampaikan ke dinas terkait namun sampai saat ini belum ada realisasi juga,” ujarnya.
Sementara itu, perwakilan pedagang pasar Misi, Mirra Matuan, mengatakan keluhan utama di pasar tersebut yakni soal keamanan dan aktivitas orang bermain judi togel.
“Bangunan pasar yang dibangun pemerintah daerah kini sebagian dijadikan tempat pasang angka togel. Kami harus jualan di bawah, bahkan tercecer sampai di pingir jalan dan di samping ruko atau kios di sekitar pasar. Mama-mama ada yang jualan di lorong-lorong gang masuk pasar,” jelas Mirra Matuan.
Matuan mengatakan bangunan los pasar Misi masih sangat baru karena dibangun kembali tahun 2019 usai mengalami kebakaran. Namun karena tidak ada control dari Dinas Kebersihan, kondisi pasar terlihat sangat kotor.
Bangunan pasar yang awalnya dicat putih, sekarang sudah berubah menjadi merah karena ludah pinang yang dibuang sembarangan oleh mereka yang bermain judi togel di pasar.
“Kami minta kepada pemerintah daerah dan dinas terkait untuk segera tertibkan pasar ini,” kata Mirra Matuan, saat ditemui Jubi di pasar Misi. (*)