Jayapura, Jubi – Ketersediaan lapangan kerja masih tidak sebanding dengan tingkat pengangguran di Kota Jayapura. Pengembangan kewirausahaan dan peningkatan investasi mesti dilecut untuk menekan tingkat pengangguran terbuka.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat kesempatan kerja atau TKK di Kota Jayapura sebesar 88,33 persen pada 2021. Angka tersebut meningkat menjadi 90,29 persen pada 2022.
TKK menggambarkan perbandingan penduduk usia kerja yang bersatus bekerja terhadap angkatan kerja. Jika menilik dari TKK pada 2021 dan 2022, terdapat sekitar 11 persen penduduk usia kerja masih menganggur di Kota Jayapura. Komposisi itu jauh lebih besar daripada angka nasional pengangguran terbuka di Indonesia, yang saat ini dibawah lima persen.
Menurut Kepala BPS Kota Jayapura Jeffry Yohanes Defretes, pembukaan kesempatan kerja menjadi salah satu solusi untuk mengurangi pengangguran, dan memperbaiki kondisi perekonomian daerah. Namun, kesempatan itu masih kecil di Kota Jayapura. Lapangan kerja yang tersedia tidak sebanding dengan jumlah pencari kerja pada saat ini.
“Membuka lapangan pekerjaan memang bukan hal mudah, tetapi bukan berarti tidak bisa dilakukan. Itu sejatinya menjadi tanggung jawab bersama pemerintah, perusahaan, dan masyarakat,” kata Jeffry saat ditemui Jubi, pada Rabu, 8 Mei 2024.
Jeffry mengatakan salah satu cara dalam memperluas kesempatan kerja bagi warga Kota Jayapura ialah dengan meningkatkan investasi di daerah. Pemerintah Kota Jayapura juga harus mendorong pertumbuhan usaha mikro kecil dan menengah, serta menyediakan pelatihan kerja, dan meningkatkan kemampuan kewirausahaan masyarakat.
Dia melanjutkan peningkatan kemampuan kewirausahaan masyarakat tersebut dapat ditempuh melalui pembukaan akses usaha dan pemasaran produk lokal. Selain itu, bisa melalui pendidikan, dan pengembangan industri kreatif.
“Upaya-upaya tersebut akan membuat sebuah wilayah menjadi lebih berkembang dan maju. Perekonomian masyarakat yang pesat berpengaruh terhadap kemajuan Kota Jayapura,” ujarnya.
Berdasarkan Data Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kota Jayapura, terdapat 220 ribu warga usia produktif di daerah tersebut. Angka itu setara 53 persen dari 413 ribu total penduduk Kota Jayapura pada saat ini.
Kepala Disnaker Kota Jayapura Djoni Naa mengatakan mereka telah menyediakan berbagai program untuk menekan angka pengangguran terbuka. Serangkaian pelatihan, dan pendampingan kewirausahaan hingga program padat karya digelar untuk membuka kesempatan kerja bagi warga Kota Jayapura.
“Kami siapkan berbagai program supaya jumlah pencari kerja berkurang. Jika pencari kerja bertranformasi menjadi angkatan kerja [produktif], tingkat partisipasi kerja akan meningkat,” kata Naa, saat ditemui dalam kesempatan terpisah.
Pelatihan kerja
Bekal keterampilan wajib dimiliki para pencari kerja maupun calon wirausahawan. Mereka mesti mumpuni supaya mampu bertahan dalam persaingan kerja ataupun usaha.
Di Papua, terutama Kota Jayapura animo warga untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan kerja tersebut cukup tinggi. Mereka biasa mendaftar untuk mengikuti pelatihan keterampilan kerja yang diselenggarakan Balai Latihan Kerja dan Industri (BLKI) Papua.
Sayangnya, tidak semua harapan itu bisa terwujud. BLKI Papua sering menolak lamaran calon peserta pelatihan karena anggaran mereka tidak mencukupi untuk menampung seluruh peminat.
“Setiap tahun banyak warga mendaftar, tetapi kami batasi penerimaannya. Rata-rata ada 700 pendaftar [setiap tahun], tetapi kami hanya menerima 400 orang karena [menyesuaikan] ketersediaan anggaran,” kata Kepala Seksi Hubungan Kerja Sama dan Pemasaran BLKI Papua M Nadjib.
BLKI Papua menerapkan dua model pelatihan bagi para pencari kerja. Model itu berupa pelatihan nonboarding, dan mobile training unit atau MTU. Pelatihan nonboarding diselenggarakan di BLKI Papua, sedangkan MTU diluar BLKI atau di lingkungan masyarakat.
BLKI Papua juga menerapkan beberapa strategi dalam peningkatan kesempatan kerja. Mereka menggelar berbagai pelatihan, pemagangan, dan penempatan kerja bagi peserta. Selain itu, penyuluhan kewirausahaan, penyediaan fasilitas informasi ketenagakerjaan, dan menyelenggarakan pameran kerja atau job fair.
Menurut Nadjib, rata-rata alumni peserta pelatihan kerja di BLKI Papua berhasil mendapat dan menciptakan lapangan kerja. Itu membuat mereka makin bersemangat dalam menyiapkan calon tenaga kerja terampil di daerah.
“Rata-rata sebanyak 75 persen [alumni] peserta pelatihan kerja mendapat pekerjaan. Sisanya, membuka lapangan kerja atau berwirausaha. [Capaian] ini menjadi motivasi bagi kami untuk terus meningkatkan sumber daya manusia yang memadai [bagi angkatan kerja],” kata Nadjib. (*)
Discussion about this post