Jayapura, Jubi – Elisabet Salon Papua, bidang usaha yang dikelola pengusaha wanita asli Papua ini mengusung misi menjaga muruah orang asli Papua atau OAP. Selain itu, salon yang terletak di Perumnas II Waena, Kelurahan Yabansai, Distrik Heram, Kota Jayapura, Papua ini, juga mempekerjakan lima karyawan OAP.
Pemilik Elisabet Salon, Eti Elisabet Tebay mengatakan, mempekerjakan sejumlah enam karyawan OAP, terdiri satu laki-laki dan lima perempuan.
“Saya senang mempekerjakan anak-anak Papua. Selain membantu mereka, tapi tujuan saya supaya mereka belajar untuk buka usaha,” kata Elisabet Tebay kepada Jubi di salon tempat kerjanya pada Senin.
“Ada tiga karyawan saya [OAP] yang sudah pindah ke Nabire lalu buka usaha di sana,” kata Eti E.Tebay saat di temui Jubi di tempat kerjanyapada Senin (18/9/2023).
Perempuan yang akrab disapa Eti Tebay mengisahkan, awal mula merintis usaha salon sejak 2012 hingga 2014 di Nabire, Papua Tengah. Awal mula buka usaha yang diberi nama salon Eti, dengan dana Rp150 juta. Modal awal itu dipakai menyewa tempat dan belanja kebutuhan serta peralatan salon.
Pada 2014, karena tuntutan melanjutkan studi untuk berkuliah di Jayapura, usaha salonnya itu tidak bisa dikelola baik dan harus tutup. Eti sulit mengontrol usahanya, sebab harus membagi waktu kuliah atau mengurus usahanya itu. Pilihan yang sulit buat Eti Tebay.
“Karena fokus kuliah, tahun 2015 saya tutup dan tahun 2016 buka kembali di Jayapura dengan nama Elisabet Salon Papua yang berlokasi di Perumnas 2 Waena,” ujarnya.
Ia melanjutkan usahanya secara konsisten sejak 2017 hingga kini. Eti Tebay melihat peluang yang baik, selain tren pada orang Papua yang sambung-sambung rambut, anyam rambut.
“Saya melihat di Waena ini banyak mahasiswa, perempuan-perempuan Papua mulai bayak rebonding rambut, saya pikir dengan adanya salon rambut mereka bisa sambung rambut, kepang rambut, anyam rambut di sini [Elisabet Salon Papua],” kata Tebai asal Kabupaten Dogiyai, Papua tengah itu.
Tebai berpesan kepada orang asli Papua untuk memulai usaha dengan tidak merasa minder serta punya kemauan tinggi serta nekat dalam membuka usaha.
“Yang penting ada niat dan kemauan, lalu fokus pada usaha. Jangan cepat puas dengan hasil sedikit. Intinya ada kemauan dan nekat, lalu lihat peluang, semangat anak Papua untuk buka usaha,” ujarnya.
Yulius Ruwayari (27), pria peranakan Serui-Ambon, merupakan salah satu pekerja mengaku, ia bukan karyawan tetap, tapi sering datang bekerja karena dipanggil. “Kerja sama dengan Elisabet Salon Papua itu sejak 2017 hingga sekarang,” katanya.
“Saya bukan karyawan tetap di sini, tapi kalo saya dipanggil baru datang kerja di sini. Biasanya kami bagi tengah hasilnya [penghasilan] dengan bos,” kata Ruwayari yang sangat ahli sambung rambut gimbal.
Anisa Bay (19) perempuan asal Genyem mengaku setelah tamat SMA, ia lalu bekerja sebagai karyawan di Elisabet Salon sudah satu tahun. Anisa punya keahlian bisa anyam rambut, sesuai permintaan dan kebutuhan pelanggan setiap hari.
“Pelanggan kadang banyak 4-5 orang, tapi kadang juga hanya ada yang satu orang saja sehari begitu,” ujarnya.
Jimmy Jikwa (33) yang berdomisli di Sentani merupakan pelanggan setia Elisabet Salon Papua. Ia sering merapikan rambut gimbalnya, karena hasil kerja yang memuaskan sesuai keinginan hatinya.
“Senang sekali, karena hasil yang dibuat sesuai keinginan hati saya, jadi merasa puas dengan pelayanannya,” kata pria gimbal asal Kabupaten Tolikara, Papua Pegunungan itu.
Jikwa mengusulkan agar salon itu menambah karyawan laki-laki lagi, supaya pelanggan laki-laki dilayani dengan laki-laki. “Kalau perempuan boleh saja, tapi kurang bebas,” ujarnya sembari menambahkan karena pelanggan sebagai raja yang harus dilayani.
Terkadang kata JIkwa, pelanggan sering menunggu, sebab para karyawan yang belum telat datang di tempat kerja.
“Untuk hasil pekerjaan sangat memuaskan sebagai pelanggan, tapi hanya satu persoalan, kurangnya karyawan laki-laki. Saya harap [pihak Elisabet Salon] bisa rekrut karyawan laki-laki lagi,” katanya.
Elisabet Salon Papua secara profesional melayani sambung, anyam, dan gimbal rambut dengan pilihan tarif bervariasi. Misalnya untuk rapikan gimbal setengah kepala seharga Rp300 ribu, satu kepala Rp500 ribu, dan sambung gimbal setengah kepala Rp600 ribu, satu kepala Rp900 ribu.
“Anyam rambut biasa Rp100 ribu, anyam lingkar pendek Rp650 ribu, anyam lingkar panjang Rp900 ribu, dan sulam rambut Rp850 ribu,” kata Eti Tebay sambil memprosikan usahanya.
Selain itu Elisabet Salon Papua juga menjual aksesori seperti rambut palsu pendek Rp25 ribu, panjang Rp100 ribu, rambut palsu empat warna Rp100 ribu, dua warna Rp35 ribu. Rambut sulam lilit dua Rp300 ribu, sulam lilit tiga Rp350 ribu, rambut gimbal kriwil Rp35 ribu, dan sulam kriwil Rp35 ribu.
Aksesori lainnya seperti pakaian benang ukuran besar Rp2 juta, kecil Rp1 juta, noken Papua Rp200 ribu, satu gantungan kunci Rp5 ribu, gelang tangan dan konde rambut Rp5 ribu, serta kalung Rp10 ribu. (*)