Seoul, Jubi – Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres bertemu dengan Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol pada Jumat dan menyampaikan dukungan terhadap denuklirisasi Korea Utara (Korut) yang tuntas, solid dan dapat diverifikasi, kata sejumlah pejabat.
Guterres, yang melakukan kunjungan dua hari ke Seoul, bertemu dengan Yoon saat makan siang di kantor presiden di Seoul.
Yoon menyambut Guterres dan mengaku menantikan pemikiran sang sekjen mengenai cara mengatasi tantangan yang dihadapi dunia.
Lewat seorang penerjemah, Guterres mengatakan bahwa ia berterima kasih kepada Korsel karena telah menjadi negara acuan dalam kinerja PBB dan terutama dalam upaya menjaga perdamaian di seluruh negara.
Ia juga menyanjung respek Korsel terhadap HAM dan kontribusinya terhadap masyarakat internasional di sektor pembangunan ekonomi sosial dan perubahan iklim.
Guterres menyampaikan dukungan penuh PBB terhadap denuklirisasi Korea Utara mengatakan bahwa pelucutan nuklir tersebut adalah tujuan penting dalam mencapai keamanan, perdamaian dan stabilitas di kawasan.
Rusia tuding Ukraina
Secara terpisah Rusia menuduh Kiev melakukan “terorisme nuklir” dan mengklaim bahwa penembakan yang dilakukan Ukraina di wilayah Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Zaporizhzhia dapat menyebabkan bencana yang lebih buruk daripada kecelakaan Chernobyl 1986 yang mengerikan.
Zaporizhzhia adalah pembangkit listrik tenaga nuklir terbesar di Eropa yang memproduksi sekitar 20 persen listrik Ukraina.
Fasilitas strategis itu direbut oleh Rusia pada Maret lalu, setelah Moskow melancarkan serangan ke Ukraina pada 24 Februari 2022.
Pada Rabu (10/8/2022), G7 dan Uni Eropa menyuarakan keprihatinan atas ancaman yang ditimbulkan oleh kepemilikan Rusia atas Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Zaporizhzhia.
Kedua blok tersebut mendesak Moskow untuk menyerahkan fasilitas nuklir negara yang dilanda perang kepada Pemerintah Kiev.
Hentikan Kegiatan militer di PLTN Ukraina
Sementara itu Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres mendesak agar semua kegiatan militer segera dihentikan di pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia di Ukraina selatan.
Desakan itu disampaikan ketika Rusia dan Ukraina saling menyalahkan atas serangan artileri di fasilitas nuklir terbesar di Eropa tersebut.
“Saya menyerukan semua kegiatan militer di sekitar pembangkit untuk segera dihentikan dan tidak menargetkan fasilitas atau sekitarnya,” kata Guterres dalam sebuah pernyataan pada Kamis (11/8/2022).
Dia menyatakan keprihatinan mendalam tentang situasi yang sedang berlangsung di dalam dan di sekitar PLTN tersebut, dan memohon agar semua pasukan dan peralatan militer yang ditempatkan di sana untuk ditarik mundur.
“Sayangnya, alih-alih deeskalasi, selama beberapa hari terakhir ada laporan bahwa insiden terus terjadi yang sangat mengkhawatirkan, yang jika terus berlanjut, dapat menyebabkan bencana,” ujar dia.
Guterres juga menekankan perlunya mencegah pengerahan tambahan pasukan dan peralatan militer ke fasilitas tersebut.
Seruan itu muncul ketika Dewan Keamanan PBB bersiap untuk mengadakan pertemuan darurat pada Kamis malam atas permintaan Rusia untuk membahas situasi di Zaporizhzhia.
Kepala Badan Energi Atom Internasional Rafael Mariano Grossi dijadwalkan memberi penjelasan kepada DK PBB tentang situasi keamanan di lokasi tersebut.
PLTN Zaporizhzhia menghasilkan sekitar 20 persen listrik Ukraina.
Rusia mengambil alih fasilitas itu pada 4 Maret, kira-kira dua minggu setelah memulai invasi ke Ukraina pada akhir Februari. (*)