Khartoum, Jubi – Pemimpin militer Sudan, Jenderal Abdel Fattah al-Burhan memberi isyarat meredakan ketegangan di negara itu. Langkah itu dilakukan usai enam bulan setelah kudeta militer di negara itu.
“Kita memulai masa yang sulit dan kita semua harus memberikan kerelaan demi negara kita,” kata Abdel Fattah dikutip Antara dari Reuters Jumat (15/4/2022).
Fattah mengaku situasi ekonomi dan keamanan di Sudan yang memburuk di negaranya. “Kita siap mengedepankan apa yang kita bisa untuk menciptakan suasana dialog yang mengarah pada solusi,” kata Fattah menambahkan.
Tercatat Jenderal Abdel Fattah al-Burhan bersama para pemimpin militer lainnya melakukan kudeta pada 25 Oktober, mengakhiri pemerintahan bersama dua tahun dengan koalisi politik sipil setelah penggulingan Omar al-Bashir.
Sejak itu, sedikitnya 94 orang tewas akibat tindakan keras pasukan keamanan terhadap para pemrotes. Puluhan orang ditangkap. Fattah mengatakan meski tidak ada tahanan politik, dia bertemu dengan jaksa penuntut umum dan kepala kehakiman membahas percepatan pembebasan tahanan, di antaranya adalah pemimpin politik sipil kunci.
Dia juga mengatakan mereka membahas kemungkinan meredakan keadaan darurat saat ini. Langkah-langkah seperti itu sering diminta oleh masyarakat internasional sebagai langkah membangun kepercayaan.
Menurut Fattah sejumlah langkah tersebut dibuat secara sukarela oleh beberapa kelompok politik untuk mencapai kesepakatan.
Reuters awal bulan ini melaporkan bahwa sebuah kesepakatan sedang dipertimbangkan, yang diajukan oleh pihak-pihak yang bersekutu dengan militer, untuk membentuk pemerintahan baru.
Fattah sebelumnya mengatakan bahwa militer hanya akan menyerahkan kekuasaan kepada pemerintahan terpilih. (*)
Discussion about this post