Jayapura, – Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia menginisiasi berlangsungnya program “Bengkel Digital Teras Negeriku” bagi anak muda Papua, sebagai program berkelanjutan berdasarkan undang-undang nomor 21 tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi seluruh Provinsi di Indonesia.
Program digelar di Hawai Sentani, Kabupaten Jayapura, Rabu (14/6/2023). Diikuti 150 pemuda di Papua dari berbagai komunitas, menghadirkan sejumlah terobosan penting berupa kebijakan yang bersifat afirmasi, perlindungan bagi orang asli Papua, pemberdayaan masyarakat, maupun percepatan pembangunan wilayah Papua dengan mengambil tema “Papua Muda Maju Lewat Karya”.
Materi kegiatan yang menyasar anak muda Papua tersebut diisi oleh Jenny Karay sebagai praktisi komunikasi asal Papua dan Michelle Stefanny Horstlie sebagai influencer asal Papua sebagai narasumber.
Langkah terbaru pemerintah dalam memajukan Papua, diwujudkan melalui terbitnya Instruksi Presiden atau Inpres nomor 9 Tahun 2020 tentang Percepatan Pembangunan Kesejahteraan di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat.
Instruksi Presiden ini menjadi bukti kewajiban pemerintah untuk menyamaratakan pembangunan di Papua dengan provinsilainya di Indonesia. Dalam kerangka implementasi kebijakan Inpres, salah satu strategi yang dilakukan adalah pengembangan sumber daya manusia terutama Orang Asli Papua (OAP) dalam berbagai bidang.
Michelle Stefanny Horstlie, salah seorang mahasiswa pendidikan bahasa Inggris di Universitas Cendrawasih Papua sekaligus sebagai influencer di Papua menyampaikan anak muda Papua harus memiliki kepercayaan diri tinggi dan tidak boleh minder, dan mengajak anak muda Papua harus mulai aktif bermedia sosial.
“Saat pertama kali sa [saya] jadi model (Video Clip), sa tidak berhenti di situ saja, sa mulai memposting kegiatan sa di media sosial, posting apapun yang positif, meskipun kadang miring (tidak sempurna) tapi setidaknya kita posting hal positif, dari situ follower samakin meningkat dan mulai mendapatkan penghasilan, anak muda harus punya kepercayaan diri yang tinggi,” ucap Michelle Stefanny Horstlie.
Selanjutnya Michelle memberikan motivasi kepada anak muda Papua untuk memanfaatkan waktu muda secara optimal, ia menekankan anak muda Papua harus pintar memanfaatkan kesempatan yang ada sebaik mungkin.
“Hari ini sa minta ke teman-teman untuk turunkan ego, bangun motivasi bangun relasi, manfaatkan setiap kesempatan yang ada, bangun kesiapan, supaya kita bisa maju sama-sama teman-teman, dan yang terakhir itu meluangkan waktu untuk kita evaluasi atas (karya) yang kita buat,” tambah Michelle.
Narasumber lainya, Jenny Karay seorang praktisi komunikasi asal Papua, memaparkan materi mengenai bagaimana memproduksi konten yang viral. Jenny menyampaikan jangan hanya viral yang menjadi tujuan anak muda Papua, akan tetapi berpengaruh dan berkesinambungan.
“Jangan hanya ingin viral, tapi jadilah lebih, kau ikut tren kau bisa viral, tapi apakah berpengaruh? I Don’t Think So. Jadi jangan hanya ingin sebatas viral, tapi harus berkesinambungan dan berpengaruh, pendatang baru banyak di sosial media, tapi kenapa Jenny Karay stabil (sampai sekarang)? simple, harus berkesinambungan dan berpengaruh.” ujar Jenny Karay.
Jenny menambahkan, di sosial media anak muda Papua harus bisa “memancing”. Artinya ada empat pilar yang penting dimiliki influencer, di antaranya, sweet tooth, teknis, interaksi, dan monev.
“Formula memancing ini kau mau pake di Instagram, Facebook dan lain-lain bisa, yang pertama sweet tooth artinya harus manis dan menarik, termasuk typografi, cover, foto dan lain-lain, berikutnya teknis sesederhana hashtag, jam tayang, tag lokasi, kemudian interaksi berupa berkomentar like dan membalas komentar, dan yang terakhir monev, yaitu monitoring dan evaluasi perlu bagi influencer agar akunnya semakin berkembang,” katanya. (*)