Jayapura, Jubi – Seorang Kepala Suku Emae di Port Villa Vanuatu mengungkapkan kekecewaannya atas cara anggota parlemen mempergunakan tikar dan anyaman tradisional Vanuatu, khususnya dalam upacara rekonsiliasi. Penggunaan benda tradisional itu dinilai serampangan karena para politisi tidak mematuhi tujuan rekonsiliasi, dan tidak menghormati pentingnya berbagai benda tradisional itu.
Kepala Suku Joseph Tinapuamata mengatakan tikar dan anyaman tradisional memainkan peran penting dalam budaya Vanuatu. “Itu mewakili hati, dan digunakan untuk berbagai tujuan, termasuk dalam upacara rekonsiliasi,”kata Tinapuamata sebagaimana dikutip dari Daily Post Vanuatu.
Di berbagai tempat di Vanuatu, terdapat berbagai lagu tradisional yang dinyanyikan saat menganyam tikar maupun anyaman tradisional lainnya. Tinapuamata menyatakan pola anyaman maupun cara menenunnya menunjukkan maknanya masing-masing tikar tradisional.
Dia mengatakan para politisi Vanuatu kerap menggunakan benda tradisional tersebut untuk upacara perdamaian dan rekonsiliasi, namun gagal untuk mematuhi perjanjian yang telah dibuat atau dilakukan. Perilaku para politisi itu telah mengurangi nilai benda tradisional yang digunakan.
Tinapuamata merekomendasikan para pemimpin politik hanya menggunakan uang, beras, atau sayap ayam dalam acara rekonsiliasi yang mereka buat, dan tidak menggunakan berbagai benda tradisional Vanuatu.
Tinapuamata juga menghimbau Dewan Ketua Nasional Malvatumauri untuk memastikan mereka mempunyai peraturan yang berlaku bagi para politisi untuk tidak menggunakan barang tradisional untuk tujuan politik apapun. (*)